PENGERTIAN LAMBANG VERBAL
Dalam proses komunikasi bahasa sebagai lambang verbal paling banyak dan paling sering digunakan, oleh karena hanya bahasa yang mampu mengungkapkan pikiran komunikator mengenai hal atau peristiwa, baik yang konkret maupun yang abstrak, yang terjadi masa kini, masa lalu dan masa yang akan datang. Kita dapat menelaah pikiran Socrates dan Aristoteles yang hidup ratusan tahun sebelum masehi, dari buku-buku berkat kemampuah bahasa. Hanya dengan bahasa pula kita dapat meng-ungkapkan rencana kita untuk minggu depan, bulan depan, atau tahun depan, yang tidak mungkin dapat dijelaskan dengan lambang-lambang lain.
Bagaimana pentingnya bahasa dalam kehidupan manusia dipaparkan oleh Kong Hu Chu tatkala ia ditanya orang apa yang pertama-tama akan dilakukan manakala diberi kesempatan mengurus negara. Kong Hu Chu menegaskan bahwa yang pertama-tama akan ia lakukan adalah membina bahasa, sebab apabila bahasa tidak tepat, apa yang dikatakan bukan yang dimaksudkan. Jika yang dikatakan bukan yang dimaksud-kan, maka yang mestinya dikerjakan, tidak dilakukan. Jikalau yang harus dilakukan terus-menerus tidak dilaksanakan, seni dan moral menjadi mundur. Bila seni dan moral mundur, keadilan menjadi kabur…. akibatnya rakyat menjadi bingung, kehilangan pegangan. Demikian Kong Hu Chu.
Masalah bagaimana seharusnya ketepatan bahasa untuk mengung-kapkan suatu maksud tertentu, dijumpai ketika berkecamuknya Perang Dunia II yang lalu. Ketika Jepang diminta oleh sekutu (Amerika Serikat) agar menyerah menjawab dengan menggunakan perkataan “mokusatsu’. Maksudnya adalah “tidak memberikan komentar sampai keputusan diambil (with holding comment until a decision has-been made) tetapi kata mokusatsu oleh Kantor Berita Domei diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi “ignore” yang berarti “tidak perduli”. Miskomunikasi inilah antara lain yang menyebabkan Hirosima di bom atom dalam Perang Dunia tersebut. “Kata-kata dapat menjadi dinamit” kata Scott M. Cutlip dan Allen H.Center dalam bukunya “Effective Public Relations”.
Contoh di atas menunjukkan betapa pentingnya bahasa dalam proses komunikasi. Bahasa mempunyai dua jenis pengertian yang perlu dipahami oleh para komunikator. Yang pertama adalah pengertian denotatif, yang kedua pengertian konotatif. Perkataan yang denotatif adalah yang mengandung makna sebagaimana tercantum dalam kamus (dictionary meaning) dan diterima secara umum oleh kebanyakan orang yang sama kebudayaannya dan bahasanya. Perkataan yang denotatif tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda pada komunikan ketika diterpa pesan-pesan komunikasi. Sebaliknya apabila komunikator menggunakan kata-kata konotatif. Kata-kata konotatif mengandung pengertian emosional atau evaluatif. Oleh karena itu dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda pada komunikan. Kebebasan mimbar merupakan ungkapan yang konotatif, demikian pula kebebasan pers. Begitu juga perkataan demokrasi. Secara etimologis demokrasi berasal dari kata “demos” dan “cratein” yang berarti pemerintahan rakyat, tetapi bagi orang Amerika, Korea, Kuba, Indonesia, dan bangsa-bangsa lain, istilah demokrasi tadi bersifat konotatif, sebab masing-masing bangsa yang mengaku negaranya demokratis, penilaian-nya berbeda; maka sistem pemerintahannya pun berbeda. Sehubungan dengan itu ketika berkomunikasi komunikator harus menggunakan kalimat-kalimat dengan kata-kata denotatif. Apabila kata- kata konotatif tidak dapat dihindarkan, maka kata-kata bersangkutan harus diberi penjelasan, tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda antara dia dengan komunikan. Khusus dalam komunikasi lisan, para pakar komunikator harus memperhatikan apa yang disebut oleh Casagrande : para-language yang barangkali dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi parabahasa. Yang dimaksudkan dengan para-bahasa ini adalah berbagai hal yang mengiringi pengucapan kata-kata ketika seseorang berbicara atau berpidato, misalnya, gaya bicara, tekanan nada, volume suara, logat, dan lain sebagainya. Andaikata anda berada di suatu ruangan, lalu anda mendengar suara erang yang sedang bercakap-cakap, walaupun anda tidak melihatnya, anda akan dapat menerka suara itu dari seorang wanita atau laki-laki, anak atau dewasa, terpelajar atau tidak, Jawa atau Batak atau suku lain, dan lain sebagainya. Demikianlah masalah bahasa sebagai lambang verbal penyandang pikiran komunikator ketika ia menyampaikan pesannya kepada komunikan dalam proses komunikasi secara primer.
Incoming search terms:
- lambang verbal
- pengertian lambang verbal
- arti verbal