PENGERTIAN MOBILITAS INDIVIDUAL
Kenaikan pangkat (promosi) yang teijadi pada seseorang disebut mobilitas individual. Hal ini sudah sering dibicarakan dalam uraian- uraian sebelumnya (lihat uraian mengenai peranan sosial dan stratifikasi sosial). Setiap orang ingin maju, ingin naik pangkat. Keinginan ini merupakan gerak yang nyata terjadi dalam semua masyarakat. Dari pengalaman dapat diketahui juga bahwa mobilitas individual pada tahap-tahap tertentu berjalan berdampingan dengan mobilitas kolektif. Pada j alur pendidikan klasikal misalnya kenaikan tingkat seorang anak terjadi bersama dengan teman-teman sekelas seperti kenaikan tingkat dari kelas I ke kelas II. Walaupun pendidikan dilakukan klasikal, tidak berarti bahwa setiap murid hanya ikut arus secara pasif. Ternyata untuk dapat naik kelas setiap anak (mahasiswa) berjuang dengan sekuat tenaga: rajin belajar, menjaga kesehatan, membayar uang sekolah setiap bulan, pantang membolos dan sebagainya. Setelah berhasil meraih ijazah dan diterima sebagai pegawai pada instansi tertentu, orang itu tidak akan tinggal diam, tetapi berusaha terus untuk naik pangkat, bahkan naik setinggi mungkin. Jadi oleh karena fakta nyata mengeaai relasi dengan keluarga dan kawan sebagai ukuran yang diakui untuk menerima dan menaikkan pangkat pegawai.19)
Contoh-contoh favoritisme dan nepotisme dapat ditampilkan dari masyarakat barat maupun timur, dan umumnya berkaitan dengan aparat negara, partai politik, perusahaan negara, bahkan lembaga-lembaga pendidikan swasta maupun pemerintah. Dalam pola kebudayaan Cina yang unik, di mana keluarga memainkan peranan penting dalam memajukan bangsa dan negara, berkat berakar dan berkembangnya dedikasi intrafamilial yang kuat pengusaha dan pegawai-pegawainya direkrut atas dasar pertimbangan nepotisme. Salah satu akibatnya ialah bahwa dengan cara itu kekayaan material dan spiritual serta keahlian suatu keluarga tidak berpindah kepada orang-orang dari keluarga lain. Contoh lain dari kawasan Asean ialah Filipina dan Brunei Darussalam. Umum mengenal bahwa di samping presiden Marcos, istri dan anaknya menduduki posisi penting dalam pemerintahan. Sejumlah pejabat di Brunei merupakan keluarga sultan. Di Indonesia, dalam hal mencari sekolah, adanya koneksi dengan “orang dalam” akan sangat menguntungkan. Bahkan kriteria subjektif ini sering berkembang menjadi kriteria material.