PERSEPSI PSIKOLOGI NATIVISME DAN EMPIRISISME

By On Sunday, September 1st, 2013 Categories : Bikers Pintar

vision (visi)

Persepsi adalah suatu proses mendapatkan pengetahuan tentang dunia, dan lebih dari 80 persen di antaranya dilakukan melalui visi. Persepsi adalah suatu keterampilan, tidak sekedar perekaman stimulasi eksternal secara pasif (E. J. Gibson 1988).Organisme yang mempersepsi lebih menyerupai pembaca peta daripada sebuah kamera. Penyelidikan awal mengenai persepsi dimulai dengan spekulasi filsafat mengenai peran apakah yang mungkin dimainkan oleh pancaindera dalam mencari pengetahuan. Baru sekitar satu setengah abad yang lalu kajian ilmiah dan eksperimental mengenai ketiga pokok bahasan ini dilakukan (Boring 1950).

Nativisme dan empirisisme

Dua tema yang berasal dari tradisi-tradisi filsafat mendominasi penelitian awal bidang psikologi mengenai visi. Empirisisme dimulai dengan karya para filsuf Inggris abad ke-17 dan 18, terutama Locke (1632-1704), Berkeley (1685-1753) dan Hume (1711-76). Dinyatakan bahwa semua pemahaman didasarkan atas sensasi-sensasi elementer, yaitu upaya membangun blok-blok pengetahuan. Di sisi lain, pandangan nativis, yang berasal dari rasionalisme filsuf Perancis Rene Descartes (1596-1650), menyatakan bahwa semua pengetahuan yang benar perlu dilandaskan pada pemikiran yang jelas, dan pada kapasitas bawaan untuk menata dan menyeleksi berbagai pesan pancaindera. Berbagai pandangan penentang seperti itu masih mewarnai kegiatan-kegiatan teoretis dan praktis para pakar psikologi modern.

Sekarang sulit ditemukan pendukung dari salah satu di antara kedua pandangan ini dalam bentuknya yang sederhana. Dewasa ini kita menyelidiki cara proses-proses bawaan berinteraksi dengan berbagai macam pengalaman; dalam hal ini banyak kemajuan telah dicapai.

Fisiologi sistem visual

Sistem saraf pusat terbentuk oleh bermacam- macam sel khusus, atau neuron. Neurons pada retina mata menangkap cahaya, dan menyebabkan sinyal-sinyal neural ditampilkan kemudian ditransmisikan melalui berbagai macam jalur ke posterior portion otak. Landasan anatomis dan fisiologi bagi visi merupakan salah satu kompleksitas dan kerumitan yang luar biasa, dan terutama sejak awal tahun 1960-an pengetahuan detail mengenai cara kerja visi ditemukan.

Terobosan penting muncul dalam karya David Hubel dan Torsten Wiesel, yang pertama kali melaporkan berbagai rekaman dari neuron tunggal dalam cortex otak kucing (Hubel dan Wiesel 1962). Mereka mendapati bahwa fungsi neuron visual individu biasanya tidak terlalu sulit diuraikan dan dianalisis. Sebelumnya beredar luas pandangan bahwa keterkaitan antar neurons di saat kelahiran bersifat acak; selanjutnya pengalaman akan “menata” (tune up)sistem itu sehingga dapat mengolah informasi yang disodorkan melalui pancaindera secara memadai, suatu bentuk empirisisme (Hebb 1949). Berbagai perkembangan ini dibahas dalam karya Dodwell (1970).

Hubel dan Wiesel menunjukkan bahwa sebagian besar neuron di wilayah visual primer otak khusus berfungsi merespons sifat-sifat lingkungan yang sangat spesifik, bahkan sejak lahir. Sebagai contoh, terdapat sel-sel yang merespons garis-garis horisontal pendek di pusat bidang tersebut, sel-sel lainnya lebih menyukai garis-garis vertikal dan diagonal pada posisi-posisi lain, dan seterusnya. Yang penting, berbagai sel itu memiliki preferensi yang pasti. Peran yang dijalankan feature detectors ini mungkin terletak pada skema persepsi visual yang lebih besar, dan bagaimana detektor-detektor itu dipahami sebagai pembangun blok-blok untuk pertumbuhan organisme persepsi yang matang, masih belum terjawab. Karena itu empirisisme dari pakar psikologi Hebb, banyak tertutupi oleh berbagai temuan Hubel dan Wiesel (dan selanjutnya banyak peneliti lain) yang menyoroti mekanisme penyandian fisiologi bawaan.

Berbagai perbedaan kualitas sensorik dalam hal kontur, gerakan, warna dan kedalaman semuanya sudah diketahui berproses dalam saluran-saluran khas anatomi yang bahkan memiliki peta-peta terpisah dalam beberapa bagian cortex otak (Maunsell dan Newsome 1987). Neuron dalam tataran lebih tinggi sensitif terhadap berbagai aspek bidang visual, yang lebih rumit daripada segmen-segmen garis berorientasi sederhana, sudah diidentifikasi, bahkan sebagian aspek yang merespons tangan, tubuh manusia yang bergerak, dan wajah (Perrett et. al. 1985). Namun, pengetahuan fisiologi ini baru permulaan; masih Seingat banyak yang harus dibahas mengenai hakikat penglihatan.

Dunia visual: ruang dan obyek persepsi

Karakter spasial dari visi pertama kali dicatat dalam formasi suatu pencitraan tajam mengenai adegan visual pada retina mata, yang disebut pencitraan retinal (retinal image). Ukuran pencitraan retinal itu bergantung pada jarak antara mata dan obyeknya, tetapi ukuran yang dipersepsi tidak berbeda secara langsung. Teman- teman Anda tidak secara tiba-tiba menyusut ukurannya begitu mereka bergerak menjauhi Anda! Kesenjangan antara apa yang diharapkan seseorang melalui pencitraan retina ini dan bagai¬mana sebenarnya tampak benda itu bagi si pengamat disebut konstansi perseptual (perceptual constancy). Konstansi perseptul ini tidak hanya dalam hal ukuran, tetapi juga bentuk, warna dan kecerahannya. Pada setiap kasus apa yang disebut konstansi adalah fakta bahwa apa yang dili-hat orang jauh lebih seragam dibandingkan dengan apa yang diharapkan orang akibat analisis optik dan atribut fisik lain dari lingkungan yang menstimulasinya.

Dunia perseptual kita pada umumnya sangat stabil konstan menimbulkan sedikit kejutan, dan tidak terpengaruh oleh kesesatan interpretasi. Dunia perseptual ini stabil karena sebagian besar ide kita sudah sangat ditentukan (over-determined). isyarat-isyarat visual sama-sama konsisten dan diperkuat oleh indera peraba, pendengaran dan informasi lainnya. Hanya filsuf yang akan mempertanyakan apakah obyek di depan kita benar-benar sebuah meja yang utuh atau apakah orang yang kita ajak bicara itu sebuah robot (Rock 1984).

Ilusi-ilusi perseptual

Jauh dari sekadar hiburan untuk pesta, ilusi-ilusi dapat sedikit membantu kita memahami persepsi. Disebut ilusi karena ada kesenjangan antara apa yang dituntut akal sehat, kebiasaan atau intuisi geometrik untuk kita lihat dengan apa yang sebenarnya kita lihat. Sudah pernah dikemukakan bahwa sebagian ilusi diinduksi oleh pemberitahuan yang salah dari perspektif, namun ini tidak dapat dikatakan sebagai inti permasalahannya; karena banyak ilusi tidak memiliki interpretasi perspektif. Ilusi-ilusi bisa ditimbulkan akibat cara informasi ditafsirkan oleh mekanisme-mekanisme fisiologi, oleh bentuk penafsiran tata letak spasial, atau oleh sekedar kesesatan menafsirkan isyarat-isyarat jarak. Tidak ada satu pun teori mengenai ilusi yang diterima secara universal. Barangkali tantangan utamanya justru untuk mengingatkan kita mengenai banyaknya faktor yang mungkin masuk ke dalam proses perseptual.

Psikologi gestalt

Kajian terhadap ilusi tentu saja mendukung pendekatan eklektis dan empiris terhadap persepsi. Namun beberapa gerakan yang berpengaruh dalam psikologi mengingkari pendapat itu. Psikologi gestalt yang menegaskan keutamaan fenomena organisasional, mengingkari peran pengalaman dalam membangun persepsi. Kata Jerman Gestalt berarti konfigurasi. Ajaran utama mazhab psikologi ini adalah bahwa persepsi itu bersifat holistik; persepsi seharusnya tidak dipahami dengan memecahkannya menjadi beberapa bagian elementer. Bagi para psikolog Gestalt bidang visual ditentukan oleh seperangkat atau prinsip-prinsip organisasional yang semata-mata merupakan bagian dari cara kerja otak (Kohler 1929).

Para ahli psikologi Gestalt berpegang pada teori-teori tentang kegiatan otak yang pada masa sekarang terbukti tidak benar, karena itu reputasi aliran ini merosot meskipun menampilkan banyak bukti tentang gejala-gejala organisasional dalam persepsi yang masih diperdebatkan.

Teori perseptual Gibson

J. J. Gibson (1950; 1966), sebagaimana para psikolog Gestalt, juga dikecewakan oleh pendekatan empiris tradisional di mana beberapa unsur pengalaman sensorik direkatkan bersama untuk mendapatkan dunia perseptual yang koheren dan utuh mengenai pengalaman biasa. Apa yang menjadi perekat ini? Tidak ada yang tahu. Gibson berpendapat bahwa hal itu tidak perlu diketahui, karena perekat itu tidak ada. Gibson memusatkan perhatiannya pada gerakan, dan berkesimpulan bahwa informasi yang terdapat pada berbagai pertunjukkan bergerak (dalam istilah tradisional, gerakan pencitraan retinal) merupakan sarana yang paling penting dan menentukan dalam sebagian besar tugas visual, la berpendapat bahwa informasi yang ada pada “seluruh bidang” pertunjukan memberi informasi yang valid dan penting tentang keadaan yang sebenarnya mengenai dunia.

Gibson menekankan kualitas persepsi-persepsi kita yang tertata, tetapi berbeda dengan para psikolog Gestalt ia tidak tertarik dengan fisiologi lapisan bawah: ia menyatakan, tidak layak menyoroti fisiologi lapisan bawah karena cenderung membuat kita melontarkan pertanyaan yang salah tentang persepsi. Ia menegaskan bahwa persepsi seharusnya dipahami sebagai landasan untuk bertindak, dan untuk memahami baik organisme maupun lingkungan sebagai sistem biologi tunggal yang berinteraksi; terlalu banyak memperhatian fisiologi akan mengalihkan perhatian kita dari bidang-bidang yang seharusnya amat bermanfaat.

Karakteristik pembelajaran perseptual

Berbeda dengan para psikolog Gestalt, Gibson menyetujui bahwa pembelajaran perseptual memiliki peran dalam memproduksi suatu organisme dewasa. Namun, ia menegaskan bahwa karakteristik pembelajaran ini sangat berbeda dari apa yang disampaikan aliran empiris tradisional. Pembelajaran perseptual, menurut pendapatnya, tidak terdiri dari berbagai atom sensorik yang merekat bersama, tetapi muncul untuk mendiferensiasi dan mendiskriminasi di antara berbagai atribut lingkungan. Sangat beralasan jika ada dua jenis pembelajaran perseptual, yang pertama adalah konstruktif atau sintetis, dan lainnya, meskipun tidak destruktif, adalah analitik dalam pemahaman Gibson. Sebagai contoh: pembelajaran perseptual sintetik mungkin sangat dibutuhkan untuk membahas kemampuan bayi dalam mengkoordinasi berbagai pandangan dan suara dalam membentuk konsep-konsep tentang ketetapan obyek (obyect permanency), sedangkan proses-proses analitik dilibatkan dalam pembelajaran untuk membedakan wajah dua orang dewasa dalam dunia bayi. Masalah ini masih menjadi bahan perdebatan hingga sekarang.

 Sudah disinggung cakupan luas dari penelitian tentang persepsi, yaitu berbagai cara yang membantu kita memahami sarana perseptual, bagaimana sarana tersebut digunakan untuk menginformasikan kepada kita mengenai dunia, dan bagaimana sarana itu disesuaikan seiring pertumbuhan. Bila saya tampak terlalu menekankan sisi fisiologi, hal ini disebabkan kemajuan pesat dalam pemahaman mengenai fisiologi lapisan bawah dari visi sejak tahun 1950-an. Namun jelas bahwa belum semua yang harus kita ketahui tentang persepsi bisa dipuaskan dengan pengetahuan ini.

Persepsi adalah binatang buas dengan banyak sisi. dan berbagai jawaban atas banyak pertanyaan mengenai binatang itu perlu dicari di berbagai tempat, berbagai tingkat fungsi: sensorik, organisasi, dan kognitif. Mempersepsi tampaknya pekerjaan mudah. Namun memahami persepsi itu sendiri merupakan tantangan besar.

PERSEPSI PSIKOLOGI NATIVISME DAN EMPIRISISME | ADP | 4.5