PENGERTIAN PENANGANAN DEPRESI
PENGERTIAN PENANGANAN DEPRESI – Meskipun pengetahuan klinis berpendapat bahwa depresi pada pasien lanjut usia lebih sulit untuk ditangani, kita telah mengetahui bahwa klaim tersebut tidak berdasar. Terdapat banyak bukti bahwa orang-orang lanjut usia yang mengalami depresi dapat ditolong dengan intervensi psikologis dan farmakologis. Gallagher dan Thompson (1982, 1983) membandingkan psikoterapi kognitif, behavioral, dan psikodinamika singkat bagi para individu lanjut usia yang mengalami depresi. Ketiganya ternyata sama efektifnya, dan dalam berbagai studi berikutnya sekitar tiga perempat pasien dinilai sembuh sepenuhnya atau mengalami perbaikan besar. Angka tersebut sangat sebanding dengan hasil-hasil psikoterapi pada orang-orang yang lebih muda yang mengalami depresi. Temuan lain yang patut dicatat adalah para pasien kontrol yang tidak ditangani tidak mengalami perbaikan kondisi, sebagaimana sering kali terjadi pada para pasien berusia lebih muda yang tidak mendapatkan penanganan, menunjukkan bahwa orang-orang lanjut usia memiliki kemungkinan lebih kecil dibanding para pasien berusia lebih muda untuk mengalami kesembuhan tanpa mendapatkan penanganan. Terapi kognitif dan biblioterapi (membaca buku-buku dan artikel yang disarankan yang sesuai bagi orang awam dan mengatasi masalah psikologis orang yang bersangkutan) diketahui lebih diterima daripada obat-obatan antidepresan bagi individu yang mengalami simtom-simtom ringan hingga sedang. Bagi para pasien yang mengalami depresi parah, terapi kognitif diketahui lebih dapat diterima daripada biblioterapi dan obat-obatan antidepresan.
Psikoterapi interpersonal (IPT) juga telah digunakan dengan berhasil untuk menangani depresi pada orang lanjut usia. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, IPT adali psikoterapi jangka pendek yang diarahkan pada tema-tema seperti kehilangan peran, transisi peran, dan kekecewaan interpersonal, yang merupakan masalah-masalah penting dalam hidup banyak orang lanjut usia. Meskipun belum dianggap sebagai penanganan yang sangat tepat bagi depresi pada orang lanjut usia, namun terlihat sangat menjanjikan bagi kelompok umur ini.
Penelitian mengenai penggunaan obat-obatan untuk menangani depresi pada orang lanjut usia tidak seekstensif pada orang-orang dewasa yang berusia lebih muda, namun bukti-bukti yang mengemuka menunjukkan bahwa beberapa antidepresan tertentu dapat bermanfaat, khususnya penghambat pengembalian serotonin selektif seperti fluoksetin. Meskipun demikian„ penggunaan obat-obatan antidepresan pada orang lanjut usia dipersulit oleh efek sampingnya, seperti hipotensi postural (turunnya tekanan darah ketika seseorang dalam posisi berdiri), yang menyebabkan beberapa pasien merasa pusing berdiri dan kemudian jatuh. (Efek jatuh pada orang lanjut usia jauh lebih serlus dibanding efeknya pada orang-orang yang berusia lebih muda. Tulang yang patah memerlukan waktu lebih lama untuk sembuh, dan beberapa cedera kepala tertentu dapat berakibat fatal). Obat-obatan tersebut juga berisiko bagi sistem kardiovaskular yang menimbulkan bahaya serangan jantung. Terlebih lagi, orang-orang lanjut usia pada umumnya berisiko tinggi mengalami reaksi keracunan dari segala jenis obat. Penting juga untuk dicatat adalah sebuah studi yang menguji efek SSRI dan anti-depresan lainnya pada orang lanjut usia. Uji coba klinis tersebut menemukan bahwa sekitar 76 persen pasien yang menerima SSRI mengalami minimal beberapa efek samping, 25 persen putus obat karena efek samping tersebut dan sekitar 41 persen yang putus obat secara keseluruhan. Hasil ini diperoleh meskipun sebagian besar peserta adalah orang lanjut usia yang relatif sehat. Karena alasan tersebut, berbagai pendekatan nonfarmakologis terhadap depresi bagi orang lanjut usia menjadi sangat penting.
Terapi elektrokonvulsif kembali menjadi pilihan di kalangan psikiater geriatrik, khususnya bagi para pasien yang memberikan respons positif terhadap terapi itu sebelumnya. Meskipun demikian, ECT mengandung risiko besar, dan selayaknya dipertimbangkan hanya jika berbagai penanganan lain tidak efektif atau mengandung kontraindikasi atau bila diperlukan respons yang cepat (seperti dalam kasus pasien yang memiliki pikiran bunuh diri yang akut).