PENGERTIAN PENDEKATAN DIMENSIONAL TERHADAP GANGGUAN KEPRIBADIAN

By On Tuesday, August 27th, 2019 Categories : Bikers Pintar

PENGERTIAN PENDEKATAN DIMENSIONAL TERHADAP GANGGUAN KEPRIBADIAN – Pendekatan dimensional yang menjanjikan terhadap gangguan kepribadian menganggap bahwa gangguan tersebut mencerminkan sisi ekstrem karakteristik kepribadian yang dimiliki semua orang. Meskipun secara faktual beratus-ratus karakteristik dapat diuji, banyak penelitian kontemporer mengenai kepribadian memfokuskan pada konsepsi kepribadian yang disebut model lima faktor. Lima faktor, atau dimensi utama, kepribadian adalah neurotisisme, ekstraversi/introversi, keterbukaan terhadap pengalaman, kemudahan untuk sependapat (agreeableness)/ antagonisme, dan (conscientionsness). Tabel yang ditampilkan di sini berisi item-item kuesioner yang mengukur masing-masing dimensi. Dengan membaca tabel tersebut secara teliti, Anda dapat memperoleh pemahaman tentang arti masing-masing dimensi.

Widiger dan Costa meringkas hasil beberapa studi yang menghubungkan karakteristik kepribadian ini dengan gangguan kepribadian skizoid, ambang, dan menghindar. Para pasien yang mengalami gangguan kepribadian skizoid dan mereka yang mengalami gangguan kepribadian menghindar memiliki introversi tinggi. Dengan demikian, model lima faktor akan memprediksi bahwa kedua gangguan tersebut sulit dibedakan, dan hal itu memang benar. Namun, terdapat beberapa perbedaan antara dua gangguan tersebut pada dimensi neuro tisisme; para pasien yang mengalami gangguan kepribadian menghindar memiliki neurotisisme lebih tinggi daripada pasien gangguan kepribadian skizoid. Daripada memaksa untuk menggolongkan setiap pasien ke dalam kategori tersendiri dan menghadapi masalah dalam membedakan dua gangguan tersebut, pendekatan dimensional hanya menggambarkan pasien berdasarkan tingkat neurotisisme dan introversi mereka.

Gangguan kepribadian ambang sangat erat berhubungan dengan neurotisisme dan antagonisme. Karena skor tinggi pada neurotisisme terdapat pada banyak gangguan kepribadian dan gangguan Aksis 1, tidak mengherankan bila kepribadian ambang komorbid dengan sejumlah gangguan kepribadian dan kondisi pada Aksis 1. Para pasien ambang juga memiliki skor tinggi pada antagonisme, yang membuat mereka dapat dibedakan dari pasien dengan gangguan kepribadian menghindar. Skor tinggi pada antagonisme juga terdapat pada pasien gangguan paranoid dan antisosial sehingga dapat diharapkan adanya komorbiditas dengan gangguan ini. Sekali lagi, pendekatan dimensional tidak memaksa untuk menggolongkan pasien ke dalam berbagai kategori, namun hanya menggambarkan skor mereka pada kelima faktor tersebut.

Meskipun demikian, tampaknya model lima faktor bukanlah jawaban akhir dalam pendekatan sistem dimensional terhadap gangguan kepribadian. Dalam sebuah studi empiris di mana para pasien yang mengalami gangguan kepribadian mengisi kuesioner yang mengukur kelima faktor tersebut, profil masing-masing gangguan kepribadian tersebut ternyata cukup sama. Para pendukung model lima faktor merespons masalah tersebut dengan mengklaim bahwa untuk memperoleh diferensiasi di antara berbagai gangguan kepribadian, lima fak tor tersebut perlu dipecah ke dalam berbagai “segi”-nya. Masing-masing faktor tersebut memiliki enam segi atau komponen, contohnya, faktor ekstraversi mencakup kehangatan, sosiabilitas, asertivitas, aktivitas, mencari kesenangan, dan berbagai emosi positif. Pemikirannya adalah mendiferensiasi gangguan kepribadian akan membutuhkan deskripsi yang lebih rumit tentang kepribadian tersebut.

Dengan demikian, model lima faktor jelas bukan solusi total bagi masalah klasifikasi gangguan kepribadian. Model tersebut kehilangan kecanggihannya jika 30 komponennya perlu dipertimbangkan. Dan meskipun menggunakan 30 komponen, penelitian tidak menunjukkan bahwa gangguan kepribadian dapat diferensiasi dengan mudah. Namun, poin pentingnya adalah model dimensional memiliki beberapa keuntungan tersendiri. Yang pertama dan utama, model tersebut dapat mengatasi masalah komor-biditas karena komorbiditas hanya menjadi masalah dalam sistem klasifikasi kategorikal seperti yang digunakan dalam DSM. Sistem dimensional juga menciptakan hubungan antara kepribadian normal dan abnormal sehingga berbagai temuan dalam per-kembangan kepribadian pada umumnya menjadi relevan dengan gangguan kepribadian. Model lima faktor bukan satu-satunya sistem untuk menggambarkan kepribadian; berbagai model lain saat ini sedang dalam pertimbangan. Namun, trend dalam semua penelitian tersebut telah menjadi jelas—pendekatan dimensional terhadap gangguan kepribadian memberikan beberapa keuntungan tersendiri.

PENGERTIAN PENDEKATAN DIMENSIONAL TERHADAP GANGGUAN KEPRIBADIAN | ADP | 4.5