PENGERTIAN PEREKONOMIAN MONETER
MONETARY ECONOMY / PEREKONOMIAN MONETER adalah suatu perekonomian yang menggunakan UANG (MONEY) sebagai alat pertukaran dan alat penyimpanan nilai. Bandingkan dengan BARTER.
MONETARY POLICY / KEBIJAKAN MONETER adalah suatu instrumen KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO (MACROECONOMIC POLICY) yang mengatur PENAWARAN UANG (MONEY SUPPLY) , KRELT (CREDIT) dan TINGKAT BUNGA (INTEREST RATES) dalam rangka mengendalikan tingkat pembelanjaan atau pengeluaran dalam perekonomian, (lihat DEMAND MANAGEMENT) Para pejabat moneter (terutama Bank Inggris di Inggris) dapat menggunakan sejumlah langkah untuk mengatur penawaran uang, khususnya bagian yang digunakan untuk mendukung persediaan kredit, termasuk pelaksanaan pasar terbuka dari OBLIGASI (BONDS) dan SURAI BERHARGA PEMERINTAH (TREASURY BILLS) , deposito dan petunjuk khusus (lihat CENTRAL BANK).
Pelaksanaan pasar terbuka ditetapkan atas dasar likuiditas sistem perbankan yang melibatkan pembelian dan penjualan obligasi dan Treasury bills sehingga mengubah jumlah deposito yang dipegang oleh BANK-BANK KOMERSIAL (COMMERCIAL BANKS) dan karenanya juga mengubah kapasitasnya untuk memberi PINJAMAN (LOANS) dan PENCAIRAN CEK (OVERDRAFIS) nasabah. Contoh: jika pejabat moneter ingin mengurangi penawaran uang, maka mereka dapat menjual obligasi jangka panjang pada masyarakat umum. Para pembeli akan membayar obligasi-obligasi tersebut dengan cara mengurangi jumlah deposito mereka di bank—suatu unsur yang penting dari penawaran uang—yang pada gilirannya akan memaksa bank mengurangi volume pinjaman yang diberikan (lihat BANK DEPOSIT CREATION) .
Suatu penarikan deposito khusus oleh para pejabat moneter menyebabkan bank-bank menempatkan sebagian aktiva likuid tertentu mereka berupa deposito di bank sentral yang kemudian menjadi ‘beku’, yaitu aktiva-aktiva likuid itu tidak dapat digunakan oleh bank komersial sebagai dasar untuk memberikan pinjaman dan pembayaran cek para nasabah sehingga mempunyai dampak pengurangan terhadap penawaran uang. Suatu petunjuk adalah permintaan bank sentral kepada bank komersial agar mempertahankan jumlah total yang mereka pinjamkan tetap berada di bawah batas umum tertentu atau agar mengurangi pemberian pinjaman mereka untuk tujuan-tujuan tertentu (misalnya: pembelian mobil).
Para pejabat moneter juga dapat melaksanakan pengendalian pencicilan kredit yang dipinjamkan melalui finance house untuk membatasi pengeluaran. Mereka misalnya dapat membatasi para peminjam potensial dari penggunaan kredit ini dengan meningkatkan uang muka yang diperlukan dan dengan mempersingkat jangka waktu pinjaman. Ketentuan yang pertama menghendaki peminjam untuk mendapatkan uang tunai lebih banyak, sementara dalam ketentuan yang kedua beban bunga efektif yang dibayar ditingkatkan. Para pejabat moneter dapat pula berusaha untuk mempengaruhi tingkat suku bunga secara lebih luas daripada hanya dalam kategori-kategori permintaan pinjaman tertentu. Dengan menurunkan penawaran uang secara relatif dibandingkan dengan permintaan uang, pejabat moneter dapat meningkatkan harga uang atau tingkat suku bunga untuk tujuan menghambat permintaan pinjaman pada umumnya. Contoh: apabila bank sentral berkeinginan untuk menaikkan tingkat bunga, katakanlah dari Orj menjadi Or2 dalam Gambar 115, maka hal itu dapat dilakukan dengan menurunkan penawaran uang dari OM! menjadi OM2. Dengan kurva permintaan terhadap uang yang tidak berubah, maka kejadian tersebut akan mengakibatkan meningkatnya tingkat bunga sebagaimana diharapkan. Dalam praktek, penerapan kebijakan moneter menemui banyak kesulitan. Satu permasalahannya adalah tidak adanya definisi tunggal tentang penawaran uang yang dapat diandalkan (untuk jelasnya lihat MONEY SUPPLY), sehingga setiap usaha untuk menetapkan suatu spesifikasi tertentu tentang penawaran uang cenderung digantikan dengan pengalihan aktiva dari kategori-kategori lain. Penggambaran secara ringkas adalah apabila pejabat moneter menetapkan M3 (hanya terdiri dari uang kertas tambah deposito bank) untuk tujuan pengendalian dan menggunakan berbagai variasi instrumen sebagaimana dinyatakan di atas untuk merumuskan tingkat deposito bank. Tindakan tersebut saja mungkin tidak cukup untuk menurunkan pengeluaran atau penggunaan uang. Para pengguna uang mungkin dengan mudah berpindah pada jenis uang M4 dengan menggunakan deposito hari tua yang mereka miliki untuk membiayai pembelian keoutuhan-kebutuhan pada saat sekarang. Sebagai tambahan, ‘keterbukaan’ perekonomian nasional pada arus masuk dan arus keluar mata uang asing mempersulit pemerintah dalam melaksanakan kebijakan moneter dalam negeri tanpa mempertimbangkan implikasi international dari kebijakan tersebut. Contoh: suatu negara yang sedang menjalankan suatu kebijakan tentang penciutan kredit dalam negeri yang mengakibatkan tingkat bunga yang lebih tinggi, akan cenderung untuk menarik arus masuk mata uang asing yang kemudian akan meningkatkan NILAI TUKAR (EXCHANGE RATES) mata uangnya sendiri. Pada umumnya sejak tahun 1945, kebijakan moneter telah digunakan sebagai suatu teknik stabilisasi jangka pendek, sementara KEBIJAKAN FISKAL (FISCAL POLICY) berada pada tempat yang kedua. Bagaimanapun, dengan adanya ide-ide baru dari para ahli moneter akhir-akhir ini, pengendalian penawaran uang pada suatu dasar yang bersifat jangka panjang telah menempati tempat yang utama dalam pelaksanaan kebijakan ekonomi. Lihat ECONOMIC POLICY, MONEY DEMAND SCHEDULE, MONEY SUPPLY/SPENDING LINKAGES, MONETARISM, QUANTITY THEORY OF MONEY, MEDIUM TERM FINANCIAL STRAT¬EGY, FINANCIAL INNOVATION.