PENGERTIAN PHILOSOPHY OF SOCIAL SCIENCE (FILSAFAT ILMU SOSIAL) ADALAH
Filsafat “nokturnal”.
Pengertian philosophy of social science (filsafat ilmu sosial) adalah Ilmu sosial selalu eksis lebih dekat dengan metateori atau filsafatnya ketimbang ilmu alam—yakni, menuni.lin pembedaan oleh G. Bachelard, filsafat “dittrnal” ilmuwan di sini lebih tenggelam dalam filsafat “nokturnal” yang dihasilkan oleh filsuf. Setiap ilmu sosial dan setiap aliran di dalamnya punya problem ontologis, epistemologis, metodologis dan konseptual sendiri-sendiri. Tetapi dapat ditarik perbedaan antara positivisme naturalis, yang kuat dalam bidang ekonomi, psikologi dan sosiologi yang mengikuti jejak Emile Durkheim dan Talcott Parsons dan menonjol di negara-negara Anglophone, dengan hermeneutika antinaturalis, yang kuat dalam ilmu sosial dan sosiologi yang lebih humanistis yang dipengaruhi oleh Max Weber dan menonjol di kawasan Jerman. Kontras ini memotong divisi Marxis/nonMarxis. Jadi materialisme dialektik dari Friedrich Engels, G. Della Volpe dan Louis Althusser mungkin bisa ditempatkan di satu sisi, dan Gyorgy Lukacs, Jean-Paul Sartre dan FRANKFURT SCHOOL di sisi lain. Belakangan muncul alternatif ketiga, naturalisme kritis atau bersyarat, yang didasarkan pada penjelasan sains realis nonpositivis. Artikel ini akan membahas beberapa isu yang muncul dalam filsafat ilmu sosial di abad ke-20.
Hermeneutika. Pengertian philosophy of social science (filsafat ilmu sosial) adalah
Model EXPLANATION positivis menyatakan bahwa sebuah peristiwa dijelaskan dengan mendeduksinya dari seperangkat hukum universal plus kondisi awal. Sayangnya, contoh-contoh penjelasan yang menguatkan model ini tidak ada dalam ilmu sosial. Hal ini memberikan argumen negatif bagi hermeneutika. Model deduktivis mengemukakan keselarasan antara penjelasan dengan PREDICTION tetapi ilmu sosial punya catatan prediksi yang buruk. Dan yang menarik adalah salah satu tokoh model penjelasan deduktif-nomologis, Karl Popper, adalah salah satu sosok yang paling sengit menyerang historisisme. Ini bukan berarti bahwa ilmu sosial tidak dapat membuat prediksi kondisional, cleceteris paribus. Pengertian philosophy of social science (filsafat ilmu sosial) adalah Tetapi karena asteni tertutup tidak ada maka ini berarti pengujian situasi yang definitif jelas tidak dimungkinkan, sehingga ilmu sosial rus mengandalkan pada kriteria penjelasan untuk melakukan konfirmasi atau falsifikasi. Mengenai masalah penjelasan ini, realis kritis mengemukakan perbedaan antara penjelasan teoretis dengan penjelasan terapan. Penjelasan teoretis dilakukan dengan deskripsi ciri-ciri signifikan, mencari sebab-sebab yang mungkin, menghilangkan alternatif dan mengidentifikasi mekanisme generatif atau struktur kausal yang ada (yang kini menjadi explanandum baru yang mesti dijelaskan) (DREI); penjelasan terapan dilakukan dengan penyelesaian kejadian kompleks ke dalam komponen-komponennya, redeskripsi teoretis atas komponen-komponen itu, retrodiksi (retrodiction) antesenden yang mungkin dan eliminasi sebab-sebab alternatif (RRRE). Argumen positif terkuat untuk hermeneutika adalah bahwa fenomena sosial itu mengandung makna khas tertentu, maka ilmu sosial harus berusaha menjelaskan maknanya—entah itu dengan menyelami fenomena sosial itu seperti dalam penjelasan P. Winch yang diilhami oleh Wittgenstein, atau dengan mendialogkan kerangka makna itu seperti dalam penjelasan H.-G. Gadamer yang diilhami Heidegger. Terhadap pendapat ini dapat dikemukakan keberatan bahwa konsep kehidupan sosial dapat dikenali tanpa berasumsi: bahwa konseptualisasi itu mencakup semua pokok persoalan ilmu sosial (pikirkan keadaan kelaparan, perang atau penahanan atau kemarahan psikologis, keberanian, isolasi); bahwa konseptualisasi itu bisa diperbaiki (kita tahu bahwa Marx dan Engels mungkin menutupi, menyembunyikan, memistifikasi, merasionalisasikan, mengaburkan aktivitas mereka); atau bahwa pengenalan konsep makhluk. Akan tetapi, paradigma hermeneutika adalah konsisten dengan metateori ilmu realis. Realis kritis biasanya menegaskan bahwa Verstehen harus menjadi titik tolak untuk penelitian sosial. Baik itu positivisme maupun hermenutika bergandengan dengan individualisme dan kolektivisme atau holisme; dan positivis setidaknya lebih menekankan pada agen manusia atau struktur sosial. Namun realis baru mengusulkan paradigma relasional untuk sosiologi; dan sebuah resolusi atas antinomi struktur dan agen dalam “teori strukturasi” (Anthony Giddens) atau “mo del aktivitas sosial transformasional” (Roy Bhaskar). Menurut pandangan ini, struk – tur sosial adalah kondisi yang senantiasa hadir dan terus-menerus mereproduksi hasil dari tindakan manusia yang disengaja (intensional). Jadi orang menikah bukan untuk mereproduksi keluarga inti atau orang bekerja bukan untuk mempert ekonomi kapitalis. Tetapi itu adalah konsekuensi yang tak diharapkan (dan akibat yang tidak bisa ditawar-tawar) dari aktivitas mereka. Pengertian philosophy of social science (filsafat ilmu sosial) adalah Di sini terdapat kontroversi tentang tipe ideal. Menurut realis kritis dasar-dasar abstraksi terletak dalam stratifikasi riil (dan kedalaman ontologis) dari alam dan masyarakat. Mereka bukan klasifikasi subjektif untuk realitas empiris yang tak terbedakan, tetapi merupakan usaha untuk memahami (misalnya dalam definisi bentuk kehidupan sosial riil sebagaimana dipahami di masa pra-ilmiah) mekanisme generatif dan struktur kausal yang menjelaskan fenomena konkret dalam sejarah manusia. Terkait dengan ide ini adalah penilaian ulang atas Marx sebagai, setidaknya dalam Capital, realis ilmiahyang berbeda dengan interpretasi Marxis dan non-Marxis. Juga ada penilaian ulang atas tokoh besar lainnya dalam ilmu sosial (seperti Durkheim dan Weber) sebagai tokoh yang mengombinasikan ontologi dan metode realis dengan nonrealis. Positivisme mem pertahankan perbedaan antara fakta dan pernyataan nilai. Tetapi kandungan nilai dari diskursus faktual sosialilmiah tampaknya merupakan fakta yang pasti. Ia jelas terkait dengan karakter kandungan nilai realitas sosial yang hendak dijelaskan dan dideskripsikan oleh ilmu sosial. (Marx dan Engels tidak melihat hal ini). Bhaskar menunjukkan bahwa ilmu sosial memiliki implikasi nilai. Sepanjang kita bisa menjelaskan kemungkinan adanya kekeliruan pemahaman (seperti akibat distorsi komunikasi dan sebagainya) tentang fenomena sosial, maka kita bisa menggeser ceteris paribus ke penilaian negatif pada objek yang membutuhkan kesadaran dan penilaian positif pada tindakan yang didesain secara rasional untuk mengubah objek. Di sini, “kritik ekonomi politik” Marx jelas merupakan sebuah paradigma. Konsep ilmu sosial sebagai alat penjelasan, dan karenanya alat pembebasan, banyak dipengaruhi oleh karya Habermas tentang “perhatian kognitif yang membebaskan”; dan oleh proyeknya yang lebih baru untuk membangun kembali sains kompetensi komunikatif realis (cf. Outhwaite, 1987). Kubu realis baru telah mengajukan serangkaian perbedaan ontologis, epistemologis, relasional dan kritis antara ilmu sosial dengan ilmu alam (lihat NATuRAusm). Bidang yang biasanya menjadi dasar perbandingan ini adalah (konsep standar) fisika dan kimia. Tetapi sejumlah penulis yang lebih belakangan mengusulkan disiplin lain untuk perbandingan—misalnya biologi (Ted Benton), drama (Rom Harre dan P. F. Secord, mengikuti karya Erving Goffman dan Harold Garfinkel).