PENGERTIAN SRIMULAT

By On Thursday, December 25th, 2014 Categories : Bikers Pintar

Kelompok sandiwara tradisional asal Solo yang berkembang di Surabaya serta malang melintang di dunia panggung seni rakyat dari tahun 1950 hingga 1989. Pada awal berdirinya Srimulat tidaklah berbeda dengan kelompok orkes dan lawak lainnya, seperti Orkes Dardanella dan Bintang Timur. Namun kelompok ini akhirnya berkembang menjadi sebuah kelompok lawak dan penghasil pelawak terkemuka seperti Asmuni, Tarsan, Basuki, Timbul, Paimo, Ban- dempo, Bambang Gentolet, Edi Geyol, dan Gepeng. Srimulat acap mengangkat masalah kehidupan rakyat kecil dan mementaskannya secara kocak. Batur (pembantu rumah tangga) sering menjadi tokoh sentral dalam pertunjukan. Pementasan mereka akrab dengan kata-kata plesetan, kalimat berlogika salah, dan kebiasaan buruk majikan. Suasana aneh dan ketidak- lurusan logika membantu Srimulat untuk menunjukkan kelasnya sebagai kelompok penghibur. Dari sinilah berkembangnya kelompok tangguh ini.

Cikal bakal Srimulat ialah rombongan kesenian keliling Gema Malam Srimulat yang didirikan Teguh dan Srimulat pada 8 Agustus 1950, tepat pada hari perkawinan mereka. Kelompok kesenian rakyat ini menyuguhkan tontonan yang merupakan gabungan lawak dan nyanyi, terutama lagu-lagu berlanggam Jawa dan keroncong. Meskipun menetap di Taman Sriwedari, Solo, kelompok ini lebih banyak berpentas keliling kota mengunjungi pasar malam dan pusat keramaian untuk menjaring penonton. Lebih dari sepuluh tahun mereka berkeliling mengunjungi hampir semua kota di Pulau Jawa, bahkan juga ke Medan, Palangkaraya, Balikpapan, dan Banjarmasin. Masuknya barisan pelawak Dagelan Mataram, seperti Johny Gudel, Atmonadi, Bandempo, Hardjo Gepeng, dan Rusgeger, ke dalam Srimulat menyebabkan porsi acara lawak lebih dominan. Menyadari besarnya risiko sebagai seniman pengembara, Teguh kemudian mencari tempat menetap bagi rombongannya. Tahun 1961 Srimulat  mendapat tawaran menetap di Surabaya guna mengisi acara di panggung hiburan Taman Hibur-an Rakyat (THR). Pada tahun itu juga seluruh pendukung Srimulat boyong dari Solo ke Surabaya.

Di Surabaya beberapa seniman menggabungkan diri. Di antaranya terdapat pelukis Budi S.R. yap menjadi perancang panggung, A. Rafiq penyanyi dangdut, Paimo pemain piano yang memperkuat barisan pemusik beserta Udin Zach peniup klarinet, Ga- tot Sunyoto pemain perkusi dan bongo, dan Mary0no si pemusik tiup.

Menghadapi kelompok sejenis yang menjadi pe. saing dalam merebut penonton, sejak tahun 1968 pergelaran Srimulat diubah. Mereka tidak lagi mengandalkan musik dan nyanyian dengan lawak sebagai selingan, melainkan mengutamakan sandiwara dengan banyolan spontan. Akhirnya Srimulat merombak total gaya penampilannya di atas panggung; terbentuklah sebuah kelompok komedi. Sejak itu Srimulat mulai berkiprah dalam dunia lawak Indonesia. Kecuali laris di gedung pertunjukan sendiri, Srimulat berkali-kali mendapat undangan pentas di luar Surabaya, termasuk di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Pada tahun 1971 Srimulat mendirikan kelompok ludruk Surya Bhaskara tetapi hanya bertahan empat bulan. Munculnya Srimulat setiap empat bulan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, sejak September 1972 membuat kelompok ini makin populer. Keberhasilan ini pula yang mendorong Teguh, sebagai pimpinan, mendirikan Srimulat Film Corporation, Ltd. Beberapa film diproduksi tetapi tidak berhasil menyedot penonton. Perusahaan film ini tak bertahan lama. Kemelut – yang diawali masalah pembayaran honor – mulai tampak di dalam tubuh Srimulat.

Pada tahun 1975 Johny Gudel dan beberapa rekannya memisahkan diri dari Srimulat. Selain Karjo AC- DC, Suroto, Subur, Rujilah, Rus Pentil, dan Sumiati, beberapa pemain musik, tukang lampu, dan pembantu panggung juga keluar. Jumlahnya 43 orang.

Namun dengan cepat keadaan bisa teratasi. Seniman-seniman dari kelompok sandiwara Lokaria bergabung, dan membuat Srimulat bergairah kembali. Tahun 1977 Srimulat kembali mengalami jaman keemasan. Sejalan dengan itu Srimulat mendirikan Aneka Ria Srimulat di Solo untuk mengisi dan meramaikan Taman Hiburan Bale Kambang.

Srimulat makin populer. Mulai Oktober 1981 kelompok penghibur ini secara tetap tampil di pentas Taman Ria Remaja Senayan, Jakarta. Bahkan sejak awal 1982 TVRI Stasiun Pusat Jakarta memberikan kesempatan muncul satu kali sebulan, selama 55 menit. Pertunjukan mereka di gedung selalu dipadati penonton dan sajian di televisi ditunggu-tunggu penonton TVRI. Kesempatan bermain film bagi beberapa anggota Srimulat bermunculan. Kepopuleran Srimulat makin bertambah dengan hadirnya Gepeng alias Freddy yang kemudian terkenal dengan ungkapannya untung ada saya.

Kesuksesan yang berlangsung lebih dari lima tahun terusik ketika pada Agustus 1986 beberapa anggota Srimulat mengundurkan diri – untuk membentuk kelompok baru – dengan alasan pembagian honor yang tidak adil. Gepeng, Basuki, Timbul, Tarzan, Kadir, Nurbuat, dan Rohana, termasuk yang keluar dari Srimulat. Akibatnya penggemar pun merosot drastis. Bahkan, pada awal tahun 1988 Srimulat Jakarta diancam digusur dari Taman Ria Remaja Senayan, panggung tetapnya selama ini.

Srir alat Surabaya juga mulai limbung. Beberapa pendukungnya seperti Bambang Gentolet, Totok Hidayat, Pete, dan Bowo mengundurkan diri. Jumlah penonton makin merosot, pemasukan menurun drastis. Akhirnya secara resmi Srimulat Semarang bubar pada tanggal 6 November 1988. Sebagian pendukung-nya dikirim ke Srimulat Jakarta, sebagian ke Surabaya, sebagian lainnya diberhentikan. Taman Ria Senayan pun akhirnya, pada 1 Mei 1989, menutup panggung Srimulat. Sejak itu yang ada hanya Srimulat Surabaya dengan pendukung seadanya. Berhentilah Srimulat sebagai penghasil manusia-manusia lucu.

Incoming search terms:

  • pengertian srimulat
  • sandiwara srimulat
PENGERTIAN SRIMULAT | ADP | 4.5