PENGERTIAN STRUKTUR KELAS MASYARAKAT KAPITALIS INDUSTRI
PENGERTIAN STRUKTUR KELAS MASYARAKAT KAPITALIS INDUSTRI – Sampai saat ini, tidak ada kesepakatan antara para sosiolog tentang bagaimana karakteristik struktur kelas kapitalis saat ini atau, sehubungan dengan hal itu, tentang bagaimana mendefinisikan konsep kelas itu sendiri. Ada dua pendekatan yang berbeda dalam mendefinisikan kelas dan identifikasi dari kelaskelas mayoritas dalam kapitalisme saat ini: pendekatan konvensional dan pendekatan Marxian. Pendekatan Konvensional menganggap bahwa suatu jabatan merupakan kriteria utama prinsip dalam perbedaan antar kelas. Pendekat-an ini memahami kelas sebagai suatu kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki tingkat hak istimewa dan prestise yang sama berdasarkan peran masing-masing da lam struktur jabatan mereka. Pendekatan Marxian beranggapan bahwa perbedaan kelas sosial ditentukan oleh faktor pemilikan dan nonkepemilikan dalam proses produksi (dalam hal ini, modal). Sehingga kelas dipahami sebagai kelompok sosial yang diorganisasikan oleh bentuk-bentuk pemilikan modal. Walaubagaimanapun, pandangan inibelum disepakati oleh penganut Marxisme sendiri tentang bagaimana struktur kelas kapitalisme saat ini.
Pendekatan Konvensional. Suatu ilustrasi yang bagus tentang pendekatan konvensional dapat dijumpai dalam analisis Daniel Rossides (1990) tentang struktur kelas masyarakat Amerika saat ini. Rossides mengungkapkan lima kelas mayoritas dalam negara Amerika yakni : kelas atas, kelas menengah atas, kelas menengah bawah, kelas pekerja, dan kelas bawah. Kelas atas, tidak lebih dari 1 atau 2% penduduk, terdiri dari keluargakeluarga kaya dan berkuasa, yang mendapatkan kekuasaan dan kekayaan secara turun-temurun. Anggota kelas ini menduduki jabatan kunci dalam perusahaan, bank, perusahaan asuransi, dan lain-lain. Mereka menikmati prestise tinggi dan sangat berorientasi pada budaya konsumsi simbolis elit (misal musik, kesenian). Pendek kata, kelas ini merupakan segmen sangat istimewa, berkuasa dan prestisius dalam masyarakat Amerika. Kelas menengah atas terutama terdiri dari manajer bisnis yang sukses, para profesional (seperti profesi hukum, kedokteran, arsitektur) dan pejabatpejabat tinggi sipil dan militer. Kelas ini berjumlah kira-kira 10% dari penduduk. Anggotanya umumnya mendapatkan penghasilan tinggi dan men ghimpun kekayaan melalui investasi dan tabungan. Mereka juga menikmati prestise sosial yang tinggi. Kelas menengah bawah berjumlah kira-kira 30% dari penduduk, terdiri dari pengusaha kecil, profesional rendahan (misal guru sekolah, pekerja sosial, perawat), salesmen, dan karyawan. Umumnya anggota kelas ini menerima pendapatan sedang dan dapat menabung sedikit. Hanya prestise sederhana yang dimiliki oleh anggota kelas ini. Kelas pekerja dalam masyarakat Amerika berjumlah 40% dari penduduk. Anggota kelas ini bekerja sebagai pekerja terampil, semi terampil, atau peker0 tidak terampil dan pelayan. Kelas ini secara keseluruhan memiliki angka pengangguran yang tinggi, dan anggotanya sering tidak mempunyai \tabungan, investasi dan pres tise sosialnya rendah. Penghasilan yang diterima relatif rendah jika dibandingkan dengan penghasilan kelas yang lebih tinggi lainnya. Kelas bawah, berjumlah dari 20% dari penduduk, terdiri dari mereka yang hidup dengan kemiskinan. Termasuk dalam kelas ini adalah “para penganggur, pengangguran tidak kentara, ibu-ibu yang terlantar, si miskin yang sakit-sakitan, atau orang tua” (Rossides, 1976:28). Anggota kelas ini menderita oleh tekanan ekonomi dan memiliki prestise sosial yang sangat rendah. Mereka sering dianwp sampah masyarakat, pemalas dan tak berguna.
Para Sosiolog Marxian banyak yang mengritik pendekatan konvensional tentang masalah kelas. Erik Olin Wright dkk menulis (Wright, Hachen, Costello dan Sprague, 1982:718-719): Pembahasan sosiologis tentang kelas secara eksplisit maupun implisit meman-dang kelas sebagai agregasi dari kategori-kategori pekerjaan. Walaupun para ahli berselisih paham mengenai konsep kelas, mereka setuju bahwa secara operasional, kelas dapat diidentifikasikan dengan sekelompok jabatan-jabatan. Para penganut marxisme menolak konsep tentang kelas danjabatan ini serta menganggap bahwa dua konsep tersebut secara kualitatif merupakan dimensi yang berbeda dalam tatanan sosial tentang pekerjaan . Jabatan berkaitan dengan segi teknis suatu pekerjaan; kelas berkaitan dengan segi hubungan sosial dominasi dan kelayakan aktivitas-aktivitas teknis tersebut yang dilaksanakan Tukang kayu, misalnya, dapat dengan mudah menjadi seorang pekerja, seorang karyawan semi otonom, seorang manajer atau seorang pengrajin petty borjuis. Tiap-tiap pekerjaan di atas ini mempunyai hakekat pekerjaan yang sama (mengubah semen menjadi bangunan atau sesuatu), tetapi kandungan hubungan sosial tiap pekerjaan berbeda. Dalam upaya melihat kompleksitas struktur kelas kapitalis saat ini, Wright membedakan antara apa yang ia sebut sebagai lokasi dasar kelas (basic class location) dan lokasi kontradiksi kelas (contradictory class locations). Lokasi dasar kelas adalah kedudukan-kedudukan dalam tatanan sosial produksi yang relatif tidak diragukan kedudukannya dalam hal pemilikan modal, dominasi dan kontrol. Lokasi kontradiksi kelas, merupakan posisi dalam proses produksi yang mempunyai beberapa elemen dari dua lokasi dasar kelas yang berbeda. Lokasi kontradiksi kelas dengan demikian tidak berhubungan dengan pemilikan modal dan dominasi. Oleh karena itu, lebih sulit untuk mengkategorikan kedudukan sosial yang tidak berasal dari lokasi dasar. Anggotanya memiliki kekuasaan atas semua posisi dalam proses produksi kapitalisme modern. Kaum proletariat terdiri dari para pekerja menurut kaum pandangan Marxisme klasik. Dalam pemikiran Wright, kaum proletar terdiri dari mereka yang tidak memiliki modal dan bekerja pada para kapitalis. Lagi pula, dalam dunia pekerjaan, kaum pekerja menempati urutan terbawah dalam hal dominasi dan kontrol. Mereka tidak memerintah siapapun, tetapi pekerjaan mereka sendiri diawasi dan diperintahkan oleh orang lain. Wright memperkirakan bahwa proletariat terdiri dari 41 sampai 54% penduduk masyarakat kapitalis. Para kapitalis dan para pekerja menduduki lokasi dasar kelas dalam pola produksi kapitalis. Model ini dikarakteristikkan oleh penyerapan nilai surplus dari tenaga kerja dan akumulasi kapital yang kontinu. Seperti yang ditulis Wright, walau bagaimanapun, tidak semua posisi ekonomi dalam masyarakat kapitalisme modem merupakan pola produksi kapitalis murni. Beberapa di antaranya merupakan pola produksi komoditi sederhana, sebuah pola minor yang ada disamping pola kapitalis murni. Dalam pola produksi komoditi sederhana, keuntungan tidak berasal dari penerapan nilai surplus — dengan mengeksploitasi tenaga kerja— tetapi dari usaha-usaha produksi yang dilakukan individu sendiri. Lebihj auh lagi, keuntungan-keuntungan ini selalu kecil sehingga tidak bisa terakumulasi. Di dalam pola produksi komoditi sederhana terdapat sebuah kelas sosial dasar yakni petty-borjuis. Menurut Wright, kelas ini berjumlah 5% dari penduduk. Anggota kelas merupakan pengusaha kecil dan pengrajin yang tidak mempunyai karyawan, tidak mengeksploitasi tenaga kerja, dan tidak mendominasi apapun dalam hirarkhi kewenangan. Pendapatan kelas ini berasal dari pemilikan modal yang kecil. Dalam hal ini, kelas petty borjuis merupakan peninggalan dari fase pertama kapitalisme, dan ditakdirkan hilang di dalam evolusi sistem kapitalisme selanjutnya. Dalam kategori lokasi kontradiksi kelas, Wright juga mengidentifikasi tiga kelas: manajer dan supervisor(penyelia), karyawan kecil, karyawan semiotonom. Para Manajer dan Supervisor menduduki lokasi kontradiksi kelas antara borjuis dan proletariat. Anggota kelompok ini tidak memiliki modal sehingga harus menjual tenaga dan hidup melalui gaji atau upah . Karakteristik ini juga dijumpai dalam kaum proletariat. Namun, walaupun harus menjual tenaga kerja, merekaj uga mendudukijabatan tertentu dalam hirarkhi produksi dan memiliki dominasi dan kontrol, khususnya terhadap proletariat. Manajer atas dan madya dekat dengan kelas borjuis. Mereka memiliki wewenang untuk mengorganisasikan produksi dan manajer atas mendapatkan sedikitnya satu porsi keuntungan dengan berkongsi pada perusahaan.Manajer bawah, mandor dan para pengawas kecil lainnya, sebaliknya berhubungan erat dengan kaum proletariat. Wright percaya bahwa beberapa dari kelas ini sangat dekat dengan kaum proletariat sehingga hampir dapat dikelompokkan sebagai kaum proletar. Individu-individu ini merupakan mandor pekerjaan rutin tetapi masih di bawah kekuasaan manajer atas dan madya. Wright memperkirakan bahwa manajer dan supervisor merupakan 30% dari penduduk.
Knryazvan kecil, kira-kira 6-7% dari penduduk, menduduki posisi kontradiksi antara kaum borjuis dan petty borjuis sehingga mempunyai karakteristik keduanya. Tidak seperti petty borjuis mereka mempekerjakan sekurangkurangnya satu karyawan sehingga sebagian pendapatan mereka didapatkan dari eksploitasi tenaga kerja. Tidak seperti kaum borjuis, mereka mempunyai lingkup dan kesempatan yang lebih kecil untuk mengakumulasi kapital.
Karyazvan semi otonom adalah pekerja profesional dalam organisasi bi-rokratik. Mereka menduduki lokasi kontradiksi kelas antara petty borjuis dan proletariat. Kemungkinan berjumlah tidak lebih dari 10(3/0, para pekerja ini harus menjual tenaga kerja mereka dan mendapatkan penghasilan dengan upah dan gaji. Tetapi tidak seperti para pekerja, mereka mempunyai kebebasan dalam bekerja. Walaupun di bawah wewenang para manajer, dengan pengetahuan khusus mereka yang tinggi, mereka dapat mengambil keputusan sendiri dalam menjalankan tugas. Ahli-ahli hukum pada perusahaan, ahli fisika dalam lembaga penelitian, para profesor di universitas, dan insinyur adalah contoh dari karyawan semi otonom.