PENGERTIAN SUBJEKTIVISME
Sistem pemikiran yang menegaskan bahwa faktor utama dalam pengalaman manusia adalah subjek yang berpikir dan berperasaan. Pemikiran ini terdapat dalam berbagai teori filsafat, antara lain, idealisme subjektif murni yang membatasi pengetahuan manusia hanya pada kesadaran diri dan menolak adanya pengetahuan objektif; sebagai teori filsafat yang menekankan fungsi faktor subjektif dalam mendefinisikan pengalaman dan menegaskan bahwa persepsi berasal dari fungsi faktor subjektif; sebagai teori etika yang melihat perasaan, terutama perasaan bahagia sebagai tujuan moralitas. Subjektivisme sebagai sistem pemikiran bisa di lihat dari segi epistemologi, etika, dan filsafat agama.
Subjektivisme epistemologi, daiam filsafat, merupakan sistem pemikiran yang mendapat dukungan cukup luas, bahkan merupakan faktor penting dalam setiap bentuk idealisme. Di sini elemen subjektif dianggap penting dalam pengetahuan. Dalam sejarah filsafat modern, tesis Descartes, “Cogito ergo sum”, merupakan titik awal subjektivisme dan mencapai puncaknya dalam pemikiran Berkeley. Menurut Berkeley, dalam tesisnya esse est percipi, semua pemikiran relatif pada subjek dan karena itu dunia objek tidak lain daripada kesimpulan pengalaman-pengalaman subjektif yang pada gilirannya merupakan sumber langsung pengetahuan. Bentuk lain idealisme subjek» tif ada pada pemikiran J.G. Fichte yang menganggap ego absolut — yang tidak dapat diidentikkan dengan subjek individuil apapun – sebagai titik tolak epistemologis. Perkembangan subjektivisme lebih lanjut terlihat pada ajaran Leibniz tentang monade-monade yang mencukupi dirinya sendiri untuk melawan materialisme Spinoza. Leibniz menekankan prioritas roh dan kemampuan subjek yang berpikir.
Subjektivisme etis ialah sistem pemikiran yangberpendapat bahwa tujuan tindakan-tindakan moral dalam perasaan bahagia. Suatu tindakan dikatakan baik jika tindakan itu menghasilkan dan mengembangkan kebahagiaan subjektif, dan perbuatan dikatakan buruk jika tidak mengembangkan kebahagiaan subjektif. Dalam sejarah filsafat, subjektivisme. Jika hedonisme menganggap kebahagiaan individu sebagai tujuan utama, eudaimonisme melihat kebahagiaan terbesar sebagai kebahagiaan sejumlah besar orang. Sebagai sistem, subjektivisme etis muncul dalam pemikiran Epicurus yang menyatakan bahwa kesenangan sebagai kebaikan utama dan penderitaan sebagai kejahatan. Namun pemikiran Epicurus cukup jauh dari kesenangan berdasarkan kepuasan sensual. Ia menganggap kesenangan budi lebih penting daripada kesenangan inderawi. Berdasarkan pemikiran ini di kemudian hari muncul berbagai penafsiran, lebih-lebih tentang arti kebahagiaan itu sendiri. Shaftesbury, misalnya, memandang kepuasan sebagai tujuan moralitas; menurut Lotze, perasan adalah satu-satunya standar nyata dan final; sedangkan menurut kaum utilitarian, tujuan akhir dari semua tindakan moral adalah kebahagiaan terbesar.
Subjektivisme religius ialah sistem pemikiran subjektivistis yang berpengaruh dalam filsafat agama. Di antaia filsuf-fiIsuf, Schleiermacher merupakan orang pertama yang merumuskan prinsip subjektivisme religius. Ia menekankan fungsi kesadaran religius untuk mempertahankan kekhususan agama dari pe-ngetahuan dan moralitas. Agama bukan bidang akal budi, suara hati, atau kemauan bebas, melainkan perasaan-perasaan ketergantungan absolut. Hanya melalui perasaan atau kesadaran, Allah dapat dikenal manusia.
PENGERTIAN JARINGAN SUBKUTAN
Ialah jaringan di bawah kulit yang terdiri atas jaringan ikat renggang dan lemak.
Incoming search terms:
- subjektivisme
- pengertian subjektivisme
- subjektivisme adalah
- subjektivisme dalam etika