PENGERTIAN TAHUN JAWA
Atau tarikh Jawa, diciptakan oleh Sultan Agung Anyokrokusumo, raja Mataram yang ketiga, dan diresmikan penggunaannya sejak tahun 1633. Tahun Jawa sengaja diciptakan Sultan Agung untuk menyatukan penggunaan tarikh dan penanggalan di kalangan rakyat Mataram yang pada waktu itu terpecah menjadi dua kelompok, yakni pengguna tarikh Saka yang bernapaskan Hindu dan pengguna tarikh Hijrah yang bernapaskan Islam.
Sistem penanggalan baru ini merupakan gabungan antara tarikh Saka dan tarikh Hijrah, ditambah dengan sistem penanggalan Jawa asli yang telah ada sejak semula. Nama bulan dan umur bulannya diadaptasi dari tahun Hijrah, dengan sedikit perubahan, sedang angka tahunnya meneruskan angka tahun Saka waktu itu, yaitu 1555. Jadi, tahun Jawa tidak dimulai dari angka tahun 1, melainkan langsung mulai dengan angka tahun 1555. Tetapi karena tahun Jawa menggunakan sistem kalender bulan, sedangkan tahun Saka memakai sistem matahari, setiap tahun selalu ada perbedaan umur tahun sekitar 13 hari. Akibatnya, lama kelamaan angka tahun kedua tarikh itu makin jauh bedanya. Pada tahun 1991, tahun Saka menunjukkan angka tahun 1913, sedangkan tahun Jawa adalah 1924.
Selain mengadaptasi nama bulan dari tahun Hijrah, tahun Jawa juga menggunakan sistem penanggalan Jawa asli, dengan memasukkan perhitungan hari pasaran, pranata mangsa, dan pawukon. Pada tahun 1855 tahun Jawa disempurnakan oleh Sunan Paku Buwono VII dengan memasukkan penambahan hari pada tahun kabisat.
Hari Pasaran merupakan pembagian hari-hari yang khas Jawa. Dalam tarikh Jawa, selain hari-hari yang diberi urutan nama dalam satu minggu (tujuh hari) dikenal pula urutan nama hari dalam sepasar, yang terdiri atas lima hari. Nama-nama hari pasaran adalah Pon, Wage, Kliwon, Legi, dan Pahing. Dengan demikian, penyebutan nama hari yang lengkap dalam tarikh Jawa adalah: Senin Pahing, Selasa Kliwon, Rebo Legi, Kemis Pahing, dan seterusnya.
Bagi orang Jawa, terutama yang tinggal di Jaw Tengah dan Jawa Timur, hari pasaran masih teta,> penting karena besar pengaruhnya pada budaya mereka. Selain perhitungan “seminggu” (tujuh hari) dan “sepasar” (lima hari), orang Jawa juga mengenal selapan yang lamanya 35 hari. Jika umpamanya hari ini adalah Minggu Wage, maka 35 hari mendatang atau selapan kemudian akan tiba hari Minggu Wage lagi.
Dalam kalender tahun Jawa, setiap delapan tahun disebut satu windu; setiap tahun dalam satu windu itu diberi nama, yakni: Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu, dan Jimakir. Penyebutan angka tahun Jawa yang lengkap selalu diikuti dengan sebutan windunya, misalnya: tahun 1870Je, 1900 Ehe, 1911 Dai.
Selain itu tahun Jawa juga mengenal pranata mangsa, yaitu pembagian mangsa (kurun waktu yang bermanfaat bagi petani untuk menentukan masa tanam, panen, dsb. Lamanya satu mangsa berkisar antara 23 dan 43 hari, sedangkan satu tahun terdiri atas 12 mangsa. Sementara umur bulan pada tahun Jawa disesuaikan dengan sistem kalender bulan (lunar), untuk pembagian umur pranata mangsa digunakan sistem kalender matahari (solar). Dengan demikian pranata mangsa lebih sesuai bagi penentuan iklim dan cuaca.
Paringkelan. Karena penggunaan tarikh Jawa erat kaitannya dengan perhitungan primbon, tahun Jawa j t mengenal pembagian kurun waktu yang disebut pai ingkelan dan pawukon. Kedua pembagian kurun waktu ini banyak digunakan dalam kehidupan budaya suku bangsa Jawa, antara lain untuk menentukan sifat-sifat seseorang, dengan siapa seseorang cocok untuk berjodoh, dan pekerjaan apa yang sesuai untuk orang itu. Ada enam paringkelan, yakni Tungke, Ar- jang, Wurukung, Paningron, Uwas, dan Mawulu.
Hampir sama dengan paringkelan, pawukon juga banyak digunakan dalam buku-buku primbon. Sama seperti pembagian zodiak dalam astrologi yang berdasi ‘can tarikh Masehi, pawukon terbagi atas beberapa W U K U. Bedanya, zodiak dibagi atas 12 macam, sedangkan jumlah wuku adalah 30. Perbedaan lainnya adalah umur tiap zodiak rata-rata sekitar satu bulan, sedangkan umur tiap wuku adalah tujuh hari.
Incoming search terms:
- tahun jawa
- nama tahun jawa
- Tahun dal
- arti tahun jawa
- pengertian tahun dal
- taun jawa
- tahun jowo
- arti tahun dal
- Hitungan tahun jawa
- tahun jawa disebut