PENGERTIAN TAMAN NASIONAL TANJUNGPUTING
Terletak di Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kotawaringin Timur, Propinsi Kalimantan Tengah. Kawasan taman nasional ini terbentang dari Sungai Sekonyu sampai ke Laut Jawa. Luas seluruhnya 305.000 hektar.
Kawasan Taman Nasional Tanjungputing mempunyai sejarah yang cukup panjang, dan merupakan konservasi tertua di Kalimantan. Pada tahun 1936 pemerintah Kerajaan Kotawaringin yang berkuasa telah menetapkan bahwa kawasan hutan seluas 100.000 hektar di sekitar Sungai Sekonyer adalah daerah terlarang yang dilindungi. Pada tahun 1935 oleh Pemerintah Belanda, kawasan tersebut diperluas lagi menjadi 305.000 hektar. Pada tahun 1978 oleh Pemerintah R.I. areal taman nasional ini diperluas lagi sehingga luas seluruhnya menjadi 335.000 hektar; dan pada tahun 1984 ditetapkan menjadi Taman Nasional Tanjungputing. –
Kondisi topografi pada umumnya datar sampai ber-gelombang dengan ketinggian 0- 100 meter di atas permukaan laut. Daerah ini sangat rendah dan berawa- rawa. Menurut klasifikasi Ferguson dan Schmidt, kawasan ini beriklim tipe A dengan curah hujan rata-rata 2.417 milimeter per tahun. Suhu udara di pagi hari berkisar 22° – 28°C, dan pada siang hari berkisar 30° -33°C. Musim hujan berlangsung bulan September — Februari.
Taman nasional ini memiliki berbagai flora dan fauna. Jenis faunanya meliputi mamalia, reptilia, serta berbagai jenis ikan. Jenis fauna yang jumlahnya masih cukup banyak dan penyebarannya merata di kawasan ini adalah orangutan, bekantan, ungko, lutung merah, dan kera. Selain itu juga terdapat beruang, babi hutan, kancil, muncak, rusa, musang, dan kucing hutan. Sementara jenis burungnya meliputi elang hitam, elang ular, serta rangkong. Hewan air yang menghuni sungai-sungai di kawasan ini adalah berbagai jenis ikan, termasuk lumba-lumba kalimantan, lumba-lumba botol, dan lumba-lumba irawadi; dua jenis buaya,yakni buaya sapit dan buaya katak.
Tipe vegetasi di taman nasional ini berupa hutan hujan tropis. Bagian utara terdiri atas dataran yang bebas dari gangguan air laut, dengan ketinggian sekitar 50 meter di atas permukaan laut. Bagian selatan terdiri atas rawa-rawa yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Vegetasi yang ada di taman nasional ini adalah padang alang-alang dan belukar (20 persen), vegetasi rawa (60 persen), dan vegetasi mangrove (20 persen). Daerah rawa merupakan hutan primer yang didominasi oleh kayu jenis ramin, sedangkan di bagian tengah terdapat kayu besi dan meranti serta jenis tumbuhan lain yang bernilai ekonomi cukup tinggi. Jenis pohon yang tumbuh di kawasan ini antara lain ramin, jelutung, kayu besi, dan getah merah.
Di kawasan taman nasional ini terdapat juga Kawasan Taman Wisata Tanjungputing (TWTP) yang mempunyai keindahan alam berupa keanekaragaman sumber daya alam, yakni hutan kerangas, hutan rawa, dan hutan hujan dataran rendah. Areal ini sekaligus merupakan Pusat Rehabilitasi Satwa, suatu proyek pembinaan populasi orangutan, owa-owa, bekantan, serta jenis satwa lain yang dilindungi. Tujuannya untuk menolong satwa piaraan untuk kembali dan mengenal lingkungannya yang asli secara perlahan-lahan. Selain mempunyai fungsi perlindungan flora dan fauna, tempat ini juga mempunyai fungsi rekreasi.
Di samping keunikan fauna dan floranya, di kawasan Taman Nasional Tanjungputing ini terdapat potensi wisata lain, yaitu peninggalan Kerajaan Kotawaringin di Pangkalan Bun, berupa istana dan benda-benda peninggalan bersejarah lain. Upacara adat yang diselenggarakan masyarakat seputar kawasan taman nasional ini antara lain upacara selamatan khitanan, tujuh bulanan, jujuran (seserahan), dan pernikahan.