PENGERTIAN TEKSTIL

By On Friday, January 16th, 2015 Categories : Bikers Pintar

Kain yang diperoleh dengan memintal, menenun, merajut, menganyam, atau membuat jala benang yang diperoleh dari berbagai serat. Kata tekstil berasal dari kata dalam bahasa Latin texere yang arti-nya menenun. Sampai sekarang masih banyak tekstil yang dibuat dengan cara menenun benang pada alat tenun meskipun banyak pula tekstil yang dibuat dengan cara lain, misalnya merajut, merenda, atau menganyam.

Bahan Baku Tekstil. Serat, baik serat yang berasal dari alam (nabati, hewani, atau mineral) maupun serat buatan (nilon, poliester, dan sebagainya) merupakan bahan baku pembuatan tekstil. (Lihat lebih lanjut SERAT). Serat alam yang didapat dari tumbuhan, binatang, dan mineral digunakan manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Serat yang dihasilkan biasanya pendek-pendek (1,3 sampai 20 sentimeter). Saat ini banyak digunakan serat buatan yang dalam beberapa hal lebih unggul kualitasnya daripada serat alam, antara lain panjang serat dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan.

Serat alam kebanyakan berasal dari tumbuhan di samping dari binatang dan mineral. Bergantung pada sifat serat, proses awal menjelang pemintalan dapat beragam. Sampai saat ini kebutuhan serat untuk tekstil sebagian besar diperoleh dari kapas. Kapas yang seratnya paling pendek dapat dipintal berkat sifatnya yang cenderung membentuk spiral. Setelah dipanen, kapas dipisahkan dari bijinya dan dijadikan bal untuk memudahkan pengiriman dari kebun ke pemintalan. Klasifikasi mutu kapas didasarkan pada warna (makin putih dan makin seragam, makin baik), adanya benda asing (daun, pasir, ranting, dan sebagainya), kehalusan atau kekasaran oleh adanya simpul, serat pendek, dan serat yang rusak. Selanjutnya, kapas diklasifikasi menurut panjang serat dan keseragaman panjang; kehalusan, mengkilat tidaknya, sifat spiralnya, dan sifat lain yang akan tercermin dalam sifat kain yang kelak dihasilkan. Serat kapas menghasilkan kain yang lunak dan menyerap air, dan digunakan terutama untuk ba-han pakaian, seprei, dan handuk. Serat nabati lainnya, yakni serat rami, dibuat menjadi linen, yang karena indah dan kuat, banyak digunakan untuk membuat taplak, serbet, sapu tangan, dan sebagainya. vLihat lebih lanjut LINEN; RAMI). Serat yute, yang diambil dari kulit pohon yute, dapat ditenun menjadi kain gonj untuk dibuat karung, ataupun alas karpet. (Lihat juga GONI; YUTE).

Serat binatang yang banyak dipakai oleh industri tekstil adalah wol. Wol mengalami tahap: pencukuran (bila dombanya hidup) atau pencabutan (dari kulit domba), pemilahan (berdasarkan panjang, tebal, dan kualitas lain), penghilangan lemak (lanolin merupa- kan hasil samping yang berharga), garam dan mineral, serta kotoran lain. Tahap selanjutnya ialah menying.’ kirkan bulu halus yang terlepas. Sisa terakhir dijadi, kan arang dengan pemanasan, setelah wol itu diolah dengan asam encer. Arang disingkirkan dengan peniupan. Domba merupakan penyedia wol terbesar meskipun unta dan beberapa jenis kambing lainnya juga menghasilkan wol. Wol menghasilkan kain yang hangat dan cocok untuk dibuat setelan jas atau swea-ter.

Serat binatang lain yang juga populer adalah sutera. Serat sutera berasal dari kepompong ulat sutera yang diambil seratnya. Serat sutera biasanya panjang- panjang. Mutu serat tergantung jenis ulat yang menghasilkannya. Sutera hanya memerlukan penggulungan dan penghilangan gom. Bila pemintalan dan penenunan dilakukan dengan tangan, sutera tidak memerlukan praproses itu. Kain yang terbuat dari serat sutera sangat lembut dan dapat diwarnai dengan warna-warna cerah, dan terutama dipakai sebagai ba-han syal, dasi, selendang, dan sebagainya.

Satu-satunya serat alam dari mineral yang digunakan untuk tekstil sampai saat ini adalah asbes atau asbestos, yang berasal dari sejenis batuan. Asbestos bersifat tahan api meskipun pada suhu tinggi dapat melebur. Biasanya bahan ini digunakan sebagai pembungkus kabel. (Lebih lanjut lihat ASBES).

Serat buatan kebanyakan dibuat dari bubur kayu, tiras kapas atau petrokimia. Bubur kayu berasal dari pepohonan dan limbah industri kayu, tiras kapas adalah serat-serat sisa potongan serat kapas yang sudah tidak terpakai lagi, sedangkan petrokimia adalah bahan kimia yang dibuat dari minyak mentah dan minyak bumi.

Serat yang dibuat dari bubur kayu dan tiras kapas adalah rayon, asetat dan triasetat. Rayon dan asetat banyak dibuat pakaian, tirai, sarung bantal dan seba-gainya. Rayon menghasilkan kain pengisap yang mudah kering. Kain dari bahan asetat bersifat tahan kerutan maupun tarikan, sedangkan triasetat selain mempunyai sifat sama dengan asetat juga tahan kusut sehingga cocok untuk pakaian olahraga.

Nilon, poliester, akrilik dan olefin merupakan serat-serat yang dibuat dari petrokimia. Kain dari bahan nilon sangat kuat dan mudah disetrika; baik digunakan untuk pakaian dalam, kaus dan sebagainya. Sabuk transmisi pada berbagai mesin juga banyak dibuat dari nilon. Poliester bersifat tahan kusut dan banyak dipakai untuk gorden atau barang lain yang jarang disetrika. Serat akrilik menghasilkan kain yang lunak, ringan dan cocok untuk selimut, karpet atau baju hangat. Olefin, yang mudah dibersihkan, cepat kering dan tidak mudah lapuk, banyak dipakai sebagai bahan pembuat karpet. Serat buatan lain dibuat dari kaca atau logam, dan digunakan untuk baju tahan api, pelapis kapal dan lain-lain.

Proses Pembuatan. Setelah pemilihan, tahap selanjutnya adalah menyiapkan proses pemintalan. Persiapan itu biasanya terdiri atas membuka bal serat dan mencampur (blending) serat itu, agar mutu benang dan tekstil tetap seragam bila harus dihasilkan sejumlah besar tekstil. Sesudah itu serat dirapikan agarsedapat mungkin sejajar (carding) kemudian disisir (icombing) agar benar-benar sejajar sekaligus agar serat yang terlalu pendek tersingkir. Selanjutnya serat siap ditarik dan dipintal menjadi benang, kemudian digulung agar siap ditenun.

Kain tenun dibuat dengan saling menyilangkan dua kelompok benang. Benang yang membujur disebut tenang lungsin, sedangkan benang yang melintang disebut benang pakan (lihat TENUN). Ada beberapa macam tenunan, tiga di antaranya adalah biasa, kipar {twill) dan satin. Pada kain kipar sekurangnya ada tiga £Ms benang yang ditenunkan, dua benang lungsin Jan satu benang pakan. Pada kain satin sekurang- urangnya ada lima macam benang.

Pada masa lampau pembuatan kain tenun masih dilakukan secara manual sehingga untuk membuat selembar kain diperlukan waktu berhari-hari. Tenun ikat, yaitu kain tenun yang dalam pembuatan motifnya digunakan pewarnaan dengan mengikat benang pakan atau lungsin atau keduanya (lihat TENUN IKAT), merupakan kain yang sangat populer dan tersebar secara luas di Indonesia sejak abad ke-2 sebelum Masehi.

Kain rajut dibuat dengan cara menautkan satu be-nang pada benang lain dengan menggunakan jarum. Merajut dapat dilakukan dengan tangan ataupun dengan mesin. Kain hasil rajutan relatif lebih elastis daripada kain hasil tenunan.

Renda dibuat dengan cara yang hampir sama dengan membuat rajut, tetapi kain yang dihasilkan lebih renggang. Selain dibuat dengan tangan, renda dapat juga dibuat dengan mesin rajut khusus. Renda umumnya digunakan sebagai taplak meja dan pinggiran lengan atau kerah pada baju.

Anyaman atau kepangan benang memerlukan seku-rang-kurangnya tiga macam benang. Anyaman ini menghasilkan tekstil yang sempit misalnya tali sepatu, penutup tali, dan tekstil hias.

Tekstil jala dibuat dengan tangan atau dengan mesin rajut khusus. Lubang-lubang jala dapat berbentuk bujur sangkar atau segi enam.

Selain yang disebutkan di atas, ada juga tekstil yang dibuat langsung dari serat tanpa dipintal dulu. Serat ini dapat diikat-ikat dan dianyamkan, dapat pula direkat dengan perekat. Perekatan itu dapat pula didasarkan atas sifat termoplastik serat sintetis. Termasuk dalam kelompok ini adalah kain lapis, yaitu lembar- lembar kain tenun yang direkatkan.

Tahap akhir pembuatan tekstil bertujuan memper-indah dan meningkatkan mutu. Tahap ini beragam menurut tujuan pembuatan tekstil itu, misalnya pem-bersihan atau pencucian, pengelantangan, pengeringan, pengerjaan panas (untuk tekstil serat sintetis yang termoplastik), pemeriksaan, perbaikan di sana- sini, penyingkiran ujung-ujung serat yang mencuat, pengguntingan tiras kain, penyikatan, pelembutan, merserisasi (membuat mengkilat, memberikan kesanggupan menyerap cairan, dan memperkuat), membuat kaku (dengan penambahan bahan seperti kanji), mewarnai, dan sebagainya.

Sejarah. Diduga, sejak 6.000 tahun sebelum Masehi bangsa yang tinggal di Turki Utara telah mengenal kain wol. Tahun 5000 sebelum Masehi bangsa Mesir diperkirakan sudah mampu menenun rami menjadi bahan pakaian. Mumi Mesir yang diperkirakan berasal dari tahun 2500 sebelum Masehi ditemukan berselimut kain linen yang tidak kalah kualitasnya dengan linen yang ada sekarang. Di Lembah Indus, India, kain kapas sudah digunakan sejak 3.000 tahun sebelum Masehi. Bangsa Cina sudah mengenal sutera kira-kira 2.700 tahun sebelum Masehi.

Perkembangan industri tekstil secara mencolok terjadi pada masa Revolusi Industri di Inggris tahun 1700-an. Ikut mengantarkan perkembangan besar itu adalah ditemukannya mesin rajut oleh William Lee pada tahun 1589 (lihat RAJUT, MESIN), dan dikembangkannya metode pewarnaan tekstil pada tahun 1600-an. Berturut-turut, sejak Revolusi Industri, ditemukan mesin yang memungkinkan penenun melewatkan benang pakan pada benang lungsin secara mekanis oleh John Kay pada tahun 1733. Tahun 1764 James Haergreaves menemukan mesin yang dapat memintal lebih dari satu benang sekaligus. Tahun 1769 Richard Arkwright mendapatkan hak paten atas penemuannya berupa mesin pintal yang digerakkan dengan tenaga air. Mesin yang merupakan gabungan antara mesin buatan James Haergreaves dan mesin buatan Richard Arkwright, dibuat oleh Samuel

Crompton tahun 1779. Menyusul perkembangan me. sin pintal dan mesin tenun, tahun 1884 seorang ahli kimia Perancis bernama Hilaire Chardonnet membuat serat buatan yang sekarang dikenal dengan nama rayon. Wallace H. Carothers, kimiawan Amerr u, nemukan nilon pada tahun 1935. Setelah itu b turut- turut dibuat orang serat poliester, akrilik, dan serat-serat buatan lainnya.

Incoming search terms:

  • pengertian tekstil
  • pengertian tekstil menurut para ahli
  • arti industri tekstil
  • definisi tekstil menurut para ahli
PENGERTIAN TEKSTIL | ADP | 4.5