PENGERTIAN TELEVISI
Pengubahan gambar (serta suara) menjadi sinyal listrik, kemudian disalurkan dengan perantaraan kabel atau gelombang elektromagnetik untuk diubah lagi menjadi bentuk semula oleh pesawat penerima.
Prinsip Kerja
Kamera Televisi. Kamera televisi merupakan peranti yang mengubah pantulan cahaya objek menjadi deretan pulsa-pulsa listrik. Tabung kamera tersedia dalam berbagai bentuk dan jenis, namun pada umumnya memiliki dua bagian penting, yakni permukaan peka cahaya dan pembangkit berkas elektron. Permukaan peka cahaya berfungsi untuk mengubah pantulan cahaya objek menjadi muatan listrik, membentuk citra elektris {electrical image). Berkas elektron dibangkitkan oleh penembak elektron kemudian di- pindaikan ke seluruh permukaan bermuatan listrik. Selain dua bagian pokok tersebut diperlukan pula suatu mekanisme untuk membangkitkan tegangan atau arus listrik yang sebanding dengan muatan listrik pada permukaan peka cahaya. Lihat lebih lanjut TABUNG KAMERA TELEVISI.
Televisi Hitam Putih. Sinyal yang dipancarkan oleh stasiun televisi bermula dari kamera. Kamera televisi pada dasarnya adalah peranti yang mengubah pantulan cahaya objek menjadi sinyal listrik. Sinyal listrik yang dihasilkan, secara bergantian dicuplik oleh ber* kas elektron sehingga membentuk pulsa-pulsa listrik Pulsa-pulsa listrik dari kamera ini dikuatkan dan di! gunakan untuk memodulasi (mengubah-ubah) arriplj. tudo sinyal pembawa berfrekuensi tinggi. §Uara ditangkap oleh mikrofon dan diubah menja sinyaj listrik. Seperti sinyal dari kamera, sinyal ini dikuatkan oleh beberapa tingkat penguat sebelum digunakan untuk memodulasi frekuensi sinyal pembawa berfre. kuensi tinggi. Pada sistem televisi yang berlaku di Indonesia, frekuensi sinyal pembawa suara 5,5 MH? lebih tinggi daripada frekuensi sinyal pembawa gam. bar.
Gambar televisi terdiri atas ratusan ribu elemen gambar yang kecerahannya berbeda-beda. Pada satu saat hanya dipancarkan satu elemen gambar. pada tabung kamera, berkas elektron secara berturut-turut memindai elemen-elemen gambar yang ditangkap kamera. Pada pesawat penerima, suatu berkas elektron pada peranti lain juga melakukan pemindaian serempak dengan pemindaian yang dilakukan oleh kamera. Pemindaian pada pesawat penerima televisi dilakukan untuk mengubah sinyal listrik menjadi gambar. Proses pemindaian dapat dijelaskan secara singkat dengan bantuan gambar 1. Berkas elektron digerakkan memindai permukaan layar tabung gambar baris demi baris, dari kiri ke kanan, dan perlahan-lahan makin turun sampai ke baris terakhir. Untuk menghindari terjadinya kedipan (flicker) gambar, pemindaian dilakukan secara bersisipan (interlaced scanning). Pada sistem televisi yang digunakan di Indonesia, pemindaian satu gambar lengkap memerlukan baris- Baris pindai ke-I sampai baris ke-312 membentuk setengah gambar yang disebut satu medan (field). pindaian berikutnya, yakni baris nomor ke-313 sampai 625, disisipkan di antara baris-baris pindai sebelumnya. Baris ke-313 disisipkan di antara baris j,e_l dan ke-2; baris ke-314 disisipkan di antara baris ^-2 dan ke-3 dan seterusnya sampai baris ke-625. Satu gambar lengkap terdiri atas dua medan dan disebut satu bingkai (frame). Pemindaian dilakukan dengan menggerakkan berkas elektron yang mengandung informasi gambar. Gerakan berkas elektron diatur oleh sinyal listrik berbentuk gelombang gigi gergaji- Pada sistem televisi yang berlaku di Indonesia, gerakan mendatar (dari kiri ke kanan, dan dari kanan kembali ke kiri) diatur oleh sinyal gelombang gigi gergaji berfrekuensi 15.625 hertz, sedangkan gerakan vertikal (dari atas ke bawah, dan dari bawah kembali ke atas) diatur oleh sinyal gelombang gigi gergaji berfrekuensi 50 hertz.
Penyerempakan (sinkronisasi) gerakan berkas elektron pada tabung kamera dan pada tabung gambar dilakukan dengan bantuan pulsa-pulsa sinkronisasi. Pulsa sinkronisasi vertikal disisipkan pada saat berkas elektron digerakkan dari baris paling bawah kembali ke baris paling atas, sedangkan pulsa sinkronisasi mendatar disisipkan pada saat berkas elektion dikembalikan dari tepi kanan layar menuju ke tepi kiri. Pada gambar 2 diperlihatkan bentuk gelombang sinyal gambar (termasuk pulsa sinkronisasi mendatar).
Televisi Warna. Prinsip pencampuran warna cahaya dimanfaatkan untuk sistem televisi warna. Pantulan cahaya dari objek yang ditangkap oleh lensa kamera dipisahkan menjadi tiga berkas yang identik. Berkas- berkas ini dipancarkan lewat lensa penyaring warna merah, biru, dan hijau. Ketiga berkas warna primer selanjutnya diteruskan ke tiga tabung kamera untuk diubah menjadi sinyal listrik. Pada sistem televisi rangkaian tertutup (closed-circuit television) ketiga sinyal ini menghasilkan tiga gambar, yakni gambar merah, hijau dan biru, yang kemudian dikirimkan ke pesawat penerima secara terpisah. Pada pesawat penerima, ketiga gambar diproses dan disatukan menjadi gambar berwarna.
Cara seperti yang dijelaskan di atas tidak mungkin diterapkan pada televisi siaran, yang lebar pita (bandwidth) kanal siarannya terbatas. Ada aturan baku yang harus ditaati oleh stasiun pemancar televisi warna, yakni bahwa ketiga sinyal warna harus dipancarkan secara bersamaan pada kanal yang sama dengan yang digunakan oleh televisi hitam putih. Selain itu, pesawat penerima televisi hitam putih harus dapat juga menangkap siaran televisi warna dengan baik, dan sebaliknya, pesawat televisi warna juga harus dapat menerima siaran televisi hitam putih. Untuk memenuhi syarat-syarat itu, ketiga sinyal warna (yang biasanya disebut sinyal R, G, dan B) yang dihasilkan oleh kamera televisi diubah menjadi empat sinyal pokok, valeni sinyai luminans (Y), sinyal (R-Y), sinyal (G-Y), dan sinyal (B-Y).
Di antara keempat sinyal tersebut, pemancar hanya memancarkan sinyal Y, (R-Y), dan (B-Y), karena sinyal (G-Y) dapat dihasilkan kembali dengan mencampur sinyal (R-Y) dan (B-Y). Persamaan matematis untuk menghasilkan sinyal (G-Y) dari (R-Y) dan (B-Y) adalah:
(G-Y) = -0,51 (R-Y) – 0,19 (B-Y)
Sinyal (B-Y) disebut sebagai sinyal U, sedangkan sinyal (R-Y) disebut sebagai sinyal V. Sinyal-sinyal U dan V ini dimodulasikan dengan sistem modulasi amplitudo pada gelombang subpembawa berfrekuensi 4,43 MHz, sedangkan sinyal Y, yang berisi informasi gambar hitam putih dimodulasikan pada gelombang pembawa yang sama dengan gelombang pembawa untuk sinyal gambar hitam putih.
Seperti yang telah dijelaskan, keluaran kamera televisi warna berupa sinyal R, G dan B. Pada beberapa jenis kamera dihasilkan pula sinyal Y, yakni sinyal hitam putih. Sinyal R, G, dan B diberikan ke rangkaian matrik untuk diproses menjadi sinyal U dan V. Sinyal U memiliki persamaan U = -0,299R -0,587G + 0,866B, sedangkan sinyal V = 0,701 R – 0,587G – 0,114B. Sinyal U dan V digunakan untuk memodulasi amplitudo gelombang subpembawa 4,43 MHz. Gelombang subpembawa termodulasi bersama-sama dengan sinyal semburan (burst), sinyal sinkronisasi, dan sinyal Y, dimasukkan ke dalam rangkaian penjumlah. Keluaran rangkaian penjumlah selanjutnya diberikan pada bagian pemancar televisi.
Bagian-bagian penting pemancar televisi dapat dijelaskan dengan bantuan gambar 5. Sinyal gambar komposit yang dihasilkan oleh kamera televisi diberikan ke suatu modulator amplitudo. Pada bagian ini terjadi pemodulasian amplitudo gelombang pembawa oleh sinyal informasi (yakni sinyal gambar komposit). Gelombang pembawa mula-mula dihasilkan oleh suatu osilator frekuensi tinggi yang kemudian dikuatkan serta dilipatkan frekuensinya.
Rangkaian Pemroses Sinyal Televisi Hitam Putih.
Bagian ibung gambar yang dijelaskan di atas menerima sinyal informasi gambar dari rangkaian pemro-ses elektronik yang cara kerjanya mirip dengan pesawat penerima sinyal radio. Diagram blok rangkai-an pemroses sinyal pada pesawat penerima televisi hitam putih secara sederhana ditunjukkan oleh gambar 7.
Antena berfungsi ‘menangkap’ sinyal yang dipancarkan oleh pemancar televisi. Saat ini banyak digu-nakan antena Yagi karena sederhana dan memiliki kepekaan yang baik. Karena gelombang elektromag-netik berfrekuensi tinggi yang digunakan sebagai pembawa sinyal televisi merambat lurus seperti sinar, maka antena penerima sebaiknya diarahkan tepat ke lokasi antena pemancar.
Bagian penala memilih salah satu di antara sinyal yang dipancarkan dan mencampur sinyal tersebut dengan sinyal yang dihasilkan oleh rangkaian osilator lokal yang terdapat pada bagian penala. Pencampuran mi dimaksudkan untuk menurunkan frekuensi sinyal yang diterima agar lebih mudah dikelola. Cara yang sama juga diterapkan pada kebanyakan pesawat penerima sinyal radio (lihat SUPERHETERODIN). Hasil pencampuran menghasilkan dua macam sinyal, yakni sinyal frekuensi-antara pembawa gambar sebesar 38,9 MHz (untuk sistem televisi yang dipakai di Indonesia) dan sinyal frekuensi-antara pembawa suara sebesar 33,4 MHz. Kedua sinyal dimasukkan ke bagian penguat frekuensi-antara gambar yang akan menguatkan kedua sinyal tersebut.
Penguat frekuensi-antara gambar, sesuai dengan namanya, terutama berfungsi menguatkan sinyal fre-kuensi-antara gambar, sedangkan sinyal frekuensi-antara suara justru ditekan. Bagian ini biasanya terdiri atas tiga tingkat. Hasil pencuatan bagian penguat frekuensi-antara gambar diberikan ke bagian detektor sinyal gambar.
Bagian detektor gambar berfungsi mendeteksi siT nyai gambar yang termodulasi amplitudo (untuk sis-tem televisi yang berlaku di Indonesia). Dari hasil pendeteksian dapat dipisahkan sinyal informasi gambar terhadap gelombang pembawanya. Sinyal informasi gambar diteruskan ke bagian penguat gambar, sedangkan gelombang pembawanya dibuang. Bagian detektor ini juga memiliki fungsi lain, yakni mencampur sinyal frekuensi-antara pembawa gambar dengan sinyal frekuensi-antara pembawa suara. Hasil pencampurannya berupa sinyal frekuensi-antara suara dengan frekuensi sebesar 5,5 MHz (untuk sistem televisi yang berlaku di Indonesia).
Bagian penguat gambar berfungsi menguatkan sinyal informasi gambar untuk kemudian diberikan ke kaki katode tabung gambar. Lebar pita sinyal informasi gambar untuk sistem televisi di Indonesia adalah 6,25 MHz, sehingga bagian penguat gambar harus memiliki bidang tanggapan frekuensi selebar itu. Pada bagian penguat gambar ini terjadi pemisahan beberapa jenis sinyal, yakni sinyal informasi gambar, sinyal frekuensi-antara suara, dan sinyal sinkronisasi (yang terdiri atas sinyal sinkronisasi vertikal dan sinyal sinkronisasi mendatar). Sinyal informasi gambar mengubah-ubah tegangan pada katode tabung gambar yang tidak lain berupa tabung sinar katode. Perubahan tegangan katode tabung gambar menyebabkan perubahan intensitas berkas elektron yang menembak lapisan fosfor pada layar tabung gambar. Perubahan intensitas berkas elektron inilah yang, dengan cara dipindaikan ke seluruh layar tabung gambar, akan membentuk gambar.
Bagian pemisah sinkronisasi pada pesawat penerima televisi berfungsi mengambil sinyal sinkronisasi dari pemancar (yang telah dipisahkan dari sinyal lainnya di bagian penguat gambar) dan memrosesnya. Keluaran dari unit ini berupa sinyal sinkronisasi vertikal dan sinyal sinkronisasi mendatar. Bagian pembe- lok vertikal menerima sinyal sinkronisasi vertikal dari unit pemisah sinkronisasi. Sinyal sinkronisasi vertikal menyerempakkan gerakan vertikal berkas pada layar dengan gerakan pindaian vertikal pada kamera. Bagian akhir unit pembelok berkas vertikal berupa kumparan pembelok vertikal yang dipasang pada leher tabung gambar. Sinyal listrik yang terdapat pada kumparan pembelok ini akan membangkitkan medan magnet yang berfungsi menggerakkan berkas dari atas ke bawah dan sebaliknya. Bagian pembelok mendatar menerima sinyal sinkronisasi mendatar dari unit pemisah sinkronisasi. Sebagaimana sinyal sinkronisasi vertikal, sinyal sinkronisasi mendatar digunakan untuk menyerempakkan pindaian berkas ke arah mendatar pada layar tabung gambar dengan gerakan pindaian gambar pada kamera. Keluaran dari unit pembelok berkas mendatar dibagi menjadi dua. Sebagian diberikan kepada kumparan pembelok mendatar untuk membelokkan berkas elektron ke arah kiri dan kanan layar tabung gambar. Sebagian lagi diberikan ke transformator penaik tegangan yang berfungsi untuk menaikkan tegangan menjadi 10 sampai 30 kilovolt (bergantung besarnya layar tabung gambar). Tegangan setinggi itu diberikan pada kaki anode tabung gambar. Tegangan-tegangan tinggi lainnya juga dihasilkan oleh transformator penaik tegangan tersebut untuk diberikan ke kaki-kaki lain tabung gambar yang memerlukannya.
Bagian penguat sinyal frekuensi-antara suara menerima sinyal frekuensi-antara suara dari bagian penguat sinyal gambar. Bagian ini berfungsi untuk menguatkan sinyal frekuensi-antar suara agar cukup besar untuk dideteksi oleh bagian detektor. Biasanya bagian penguat sinyal frekuensi-antara suara terdiri atas tiga tingkat penguat agar sinyal yang dihasilkannya cukup kuat. Keluaran dari bagian penguat sinyal frekuensi-antara suara ini diberikan ke detektor suara.
Bagian detektor suara, berfungsi memisahkan sinyal suara dari gelombang sub pembawa 5,5 MHz (untuk sistem televisi yang berlaku di Indonesia). Sinyal keluaran dari bagian detektor suara sudah berupa arus listrik yang menggambarkan sinyal suara.
Bagian penguat suara menerima sinyal dari keluaran detektor dan menguatkannya agar mampu menggetarkan membran pengeras suara {loud- speaker).
Reproduksi Gambar Televisi Warna. Tabung gambar televisi warna kebanyakan juga menggunakan tabung sinar katode dengan lapisan fosfor khusus. Lapisan fosfor pada tabung gambar warna tersusun atas tiga jenis fosfor yang masing-masing menghasilkan pendaran warna hijau, merah, dan biru. Butir-butir fosfor ini dilapiskan secara merata berselang-seling membentuk pola segi tiga warna (tipe delta) ataupun membentuk baris-baris warna (tipe three in line). Ber-beda dengan tabung gambar hitam putih, tabung gambar warna memiliki tiga senapan elektron untuk menghasilkan tiga berkas elektron, masing-masing untuk nenembak warna fosfor tertentu (Sony telah mengembangkan tabung gambar warna satu senapan elektron yang menghasilkan tiga berkas elektron). Seperti telah dijelaskan, bermacam-macam warna dapat dihasilkan dengan mencampur pada warna-warna cahaya primer, yakni merah, hijau, dan biru pada proporsi yang tepat. Karena terlalu dekatnya jarak antara butir-butir fosfor, maka mata kita akan menangkap elemen gambar dengan warna sesuai dengan hasil pencampuran warna-warna cahaya primer tersebut.
Rangkaian Pemroses Sinyal Televisi Warna. Berikut ini hanya dijelaskan cara kerja pesawat penerima televisi warna sistem PAL {phase alternation line), yakni sistem yang digunakan di Indonesia.
Secara sederhana, diagram blok pesawat penerima televisi warna adalah seperti yang tampak pada gambar 8. Selain bagian reproduksi sinyal warna, bagian- bagian lain pesawat penerima televisi warna tidak berbeda dengan pesawat penerima televisi hitam putih. Sinyal warna termodulasi diambil dari bagian penguat sinyal gambar tingkat pertama. Pada bagian pemroses sinyal warna, gelombang subpembawa warna 4,43 MHz dibangkitkan kembali dan digunakan untuk mendeteksi sinyal U dan V. Di dalam bagian ini terdapat pula mekanisme pemati warna {color killer) yang akan mematikan bagian pemroses warna apabila pemancar menyiarkan gambar hitam putih.
Keluaran bagian pemroses sinyal warna berupa sinyal U dan sinyal V. Selanjutnya, sinyal U dan V diproses dalam bagian demodulator dan matrik hingga dihasilkan sinyal R, G, dan B. Sinyal-sinyal ini dikuatkan dan dimasukkan ke masing-masing katode tabung gambar. Sementara itu, sinyal Y dilalukan ke jaringan penunda agar mencapai tabung gambar pada saat yang sama dengan sinyal R, G, dan B.
Selain sistem PAL, terdapat juga sistem televisi lain, misalnya SECAM {systeme electronique couleur avec memoire), dan NTSC {national television system committee). Sistem PAL digunakan antara lain di Inggris, beberapa negara Afrika, Indonesia dan sebagai- nya. Sistem NTSC, yang dikembangkan Amerika, digunakan antara lain di Amerika Serikat, Meksiko, dan Jepang. Sistem SECAM, selain dipakai di Pe- rancis juga di Uni Soviet dan beberapa negara di Eropa lainnya.
Sejarah Perkembangan Televisi
Televisi Mekanis. Salah satu sistem televisi yang mula-mula diperkenalkan adalah televisi mekanis yang dirancang oleh George Carey, kira-kira pada tahun 1875. Pada sistem Carey, cahaya yang dipantulkan oleh objek dilewatkan lensa kaca menuju sel listrik peka-cahaya. Intensitas arus listrik yang dihasilkan oleh sel listrik sebanding dengan intensitas cahaya yang jatuh padanya. Di pihak lain, disusun lampu-! Tipu yang masing-masing terhubung melalui kawat dengan sel-sel listrik. Semakin kuat intensitas cahaya yang jatuh pada sel listrik, semakin terang nyala lampu. Dengan demikian, kesan gelap-terang yang ditangkap oleh sel listrik dari objek akan dire-produksi oleh susunan lampu-lampu listrik membentuk gambar sesuai objek.
Sistem televisi dengan cakram berputar didemonstrasikan oleh Paul Nipkow pada tahun 1884. Sebagai pengubah cahaya menjadi sinyal listrik digunakan sel fotolistrik yang ditemukan pada tahun 1873. Saat pertama kali didemonstrasikan, hasilnya tidak memuaskan karena sel fotolistriknya kurang peka. Setelah ditemukannya sel fotolistrik dari bahan kalium berlapis hibrida, yang lebih peka, maka sel fotolistrik inilah yang digunakan pada televisi Nipkow.
Perkembangan sistem televisi secara langsung ataupun tidak langsung sangat dibantu oleh penemuan-penemuan peranti elektronik antara lain penemuan tabung sinar katode oleh K. F. Braun pada tahun 1904, penemuan diode tabung hampa oleh J. A. Fleming pada tahun 1904, dan penemuan triode tabung hampa oleh Lee De Forest pada tahun 1906. Penggunaan tabung sinar katode sebagai peraga gambar, elemen fotolistrik sebagai kamera, dan teknik Pemindaian pada proses pengambilan dan reproduksi gambar diusulkan oleh A.A. Campbell Swinton. Ide- lde ini, terutama teknik pemindaian, tidak seluruhnya realisir karena peranti-peranti pendukungnya masih belum ditemukan.
Pada tahun 1926 Baird untuk pertama kalinya berhasil mendemonstrasikan televisi yang dipancarkan secara listrik. Gambar pada televisi Baird ini hanya terdiri atas 30 baris yang diulang 10 kali setiap detik. Meskipun gambar yang dihasilkan masih belum memadai, tetapi inilah televisi modern pertama yang berhasil dibuat. Televisi jenis ini pula yang pertama kali digunakan dalam siaran televisi percobaan dari tahun 1929 sampai tahun 1935.
Televisi Elektronis. Para ahli sepakat bahwa televisi mekanis tidak memadai untuk keperluan siaran. Gambar yang dihasilkannya kurang rinci dan berkedip. Swinton dan para ahli lain mengatakan bahwa untuk mendapatkan kualitas gambar yang bagus dan rinci, elemen gambar televisi haruslah berjumlah antara 100.000 sampai 200.000 buah. Dengan sistem pemindaian diperlukan paling kurang 300 baris pindaian. Karena dengan sistem mekanis hanya dapat dilakukan pemindaian paling banyak 200 baris, para ahli mencoba menerapkan metode elektronik.
Kemajuan penting mulai dicapai setelah ditemukannya tabung kamera ikonoskop oleh V.K. Zwory- kin pada tahun 1923 dan Radio Corporation of America (RCA) memodifikasi tabung sinar katode untuk menerima sinyal televisi pada tahun 1932. Mula-mula dilakukan sistem penyiaran televisi 210 garis. Selanjutnya, eksperimen dilanjutkan dengan menggunakan sinyal 343 garis. Tahun 1935 siaran televisi mulai dilakukan di Jerman dengan sistem pemindaian 180 garis. Saat ini dikenal dua sistem televisi hitam putih, yakni bakuan 525 garis tiap gambar dan 30 gambar tiap detik digunakan di Amerika, sedangkan bakuan 625 garis tiap gambar dan 25 gambar tiap detik digunakan di Eropa. Indonesia mengikuti bakuan Eropa dalam sistem televisinya.
Demonstrasi pertama televisi warna dilakukan oleh Baird pada tahun 1928. Baird menggunakan cakram Nipkow dengan tiga kelompok lubang tersusun membentuk spiral. Pada penerima digunakan tiga jenis lampu yang menghasilkan cahaya merah, hijau, dan biru. Tahun 1929 Bell Telephone Laboratories berhasil memancarkan sinyal televisi warna sistem 50 garis antara New York dan Washington D.C. yang juga menggunakan sistem mekanis. Berbeda dengan sistem Baird, sistem Bell ini memancarkan tiga sinyal warna secara terpisah. Pada tahun itu juga Frank Gray mengajukan paten atas penemuannya mengenai metode pemancaran dua macam sinyal secara bersamaan. Metode Gray ini kelak digunakan sebagai dasar pemancaran televisi warna yang kompatibel dengan televisi hitam putih.
Usaha serius untuk mengembangkan sistem televisi warna kompatibel mulai dilakukan oleh National Television Systems Committee pada tahun 1953. Prinsip televisi wama sistem NTSC inilah yang akhirnya dianut (dengan berbagai modifikasi) oleh seluruh sistem televisi di dunia. Pada sistem NTSC ini sinyal televisi hitam putih dan sinyal warna dipancarkan dalam satu kanal sehingga pesawat penerima televisi hitam putih dapat menerima sinyal hitam putih, sedangkan pesawat televisi warna menerima sinyal warna. Siaran televisi warna sistem NTSC di Amerika Serikat mulai diselenggarakan pada tahun 1954. Sistem yang sama digunakan di Jepang sejak tahun 1960. Beberapa modifikasi dilakukan. W. Bruch dari German Telefunken Company, memodifikasi sistem NTSC menjadi PAL, sedangkan Henri de France memodifikasinya menjadi sistem SECAM. Sistem PAL tidak jauh berbeda dengan sistem NTSC, sedangkan sistem SECAM lebih jauh berbeda. Sam’ pai saat ini ketiga sistem itu masih tetap bertahan dengan segala kelemahan dan kelebihannya. Dalam satu sistem sendiri, misalnya PAL, dikenal juga banyak varian, antara lain PAL-B. PAL-G,dan -bagainya.
Incoming search terms:
- pengertian tv hitam putih
- perbedaan tv warna dan tv hitam putih