PENGERTIAN TEORI ANSVA DAN TEORI SEES

By On Saturday, May 9th, 2015 Categories : Bikers Pintar

1.Teori ANSVA

Tajuk rencana adalah karya jurnalistik. Sebagai karya jurnalistik, tajuk rencana sangat bergantung pada dimensi ruang dan waktu. Artinya tajuk rencana harus dibuat dan selesai dalam tempo singkat tetapi tetap akurat dan tajam. Akurat datanya, tajam analisisnya. Selain itu kapling yang disediakan untuk tajuk rencana pada setiap edisi penerbitan juga tetap, tidak berubah-ubah. Tajuk rencana memang termasuk salah satu karya jurnalistik yang sangat terukur dilihat dari segi proses pekerjaan, ruang, dan waktu pemuatannya.

Untuk itu, tentu saja sangat diperlukan kemampuanmenyusun pesan yang baik dalam tajuk rencana dengan menggabungkan tiga pendekatan: ilmu, seni, ketrampilan. Ilmu diperoleh dengan cara dipelajari, seni didapat dengan cara dijiwai, dan ketrampilan diraih dengan cara dilatih terus-menerus.

Menyusun pesan tajuk rencana yang baik dan menarik, dapat dilakukan dengan cara merujuk kepada teori ANSVA dari Alan H. Monroe. Menurut Monroe dalam Raymond S. Ross, dalam Persuasion: Communication and Interpersonal Relations (1974:185), terdapat lima tahap urutan motif yang sesuai dengan cara berpikir manusia dalam formula ANSVA: perhatian (attention), kebutuhan (need), pemuasan (satisfaction), visualisasi (visualization), dan tindakan (action). Jadi, perhatian khalayak pembaca ditimbulkan lebih dahulu. Selanjutnya ia harus merasakan adanya kebutuhan tertentu. Ia harus diberikan petunjuk bagaimana cara memuaskan kebutuhan tersebut. Ia harus dapat menggambarkan dalam pikirannya penerapan usul yang  ianjurkan kepadanya. Akhirnya, saran tindakan yang tegas harus dinyatakan (Rakhmat, 1992:38).

  1. Attention (perhatian)

Tajuk rencana harus memiliki daya tarik, membangkitkan minat baca, dan menggugah hasrat ingin tahu khalayak pembaca. Terdapat (3ua cara untuk membangkitkan daya tarik. Pertama, buatlah judul yang provokatif tetapi tetap terukur. Harap dipahami, judul yang provokatif tidak berarti harus bombastis apalagi sampai menyerupai pamflet. Kedua, sajikan intro yang benar-benar memikat. Kalau fungsi judul adalah untuk memberi identitas pada tajuk rencana sekaligus mengiklankan isi, maka fungsi intro selain menetapkan pokok bahasan juga untuk mengusik perhatian khalayak. Inilah yang disebut sebagai fungsi psikologis intro tajuk rencana.

  1. Need (kebutuhan)

Perhatian sudah dibangkitkan, dan khalayak sudah tertarik dengan judul dan intro artikel kita. Lantas sesudah itu apa? Kita harus segera menunjukkan sekaligus memenuhi kebutuhannya. Kita harus bisa menjawab pertanyaan berikut. Apakah yang pembaca cari dari sajian tajuk rencana kita: informasi terbaru, data yang akurat, analisis yang tajam, arah kebijakan yang mantap, atau pendapat dan sikap yang tegas ringkas? Berilah semuanya sejauh memungkinkan. Memenuhi kebutuhan dan hasrat ingin tahu pembaca, adalah salah satu sikap dasar dan komitmen yang harus senantiasa ditunjukkan oleh penulis tajuk rencana dalam situasi sesulit apa pun (editorial writer).

  1. Satisfaction (pemuasan)

Teori komunikasi kontemporer mengingatkan, khalayak pembaca bersifat selektif, tidak mudah menerima pesan apa pun yang disajikan media massa. Khalayak pembaca berpikir logis dan bersikap kritis. Ia tidak akan menerima Uggitu saja pesan yang disampaikan selama pesan itu tidak sesuai dengan kebutuhan dan mampu memuaskan dirinya. Ia membutuhkan pesan yang sesuai dengan minat dan kepentingannya. Ia sekaligus menghendaki pers dapat memuaskan kebutuhannya itu. Tajuk rencana yang tidak bisa memuaskan kebutuhan khalayak pembaca, lambat atau cepat akan ditiriggalkan.

  1. Visualization (penggambaran)

Sering terjadi, tajuk rencana hanyut dalam paparan yang abstrak, filosofis, tidak membumi, sehingga sulit dipahami maknanya oleh pembaca. Penulisnya seperti lupa, tajuk rencana bukanlah kajian akademis dengan tingkat abstraksi tinggi dengan berbagai istilah teknis atau pilihan kata (diksi) yang tidak bisa dicerna maksudnya oleh sebagian khalayak pembaca yang sifatnya hetergogen dan anonim. Agar tak mengawangawang, terbang tinggi ke angkasa, maka paparan dan analisis tajuk rencana harus disertai dengan contoh-contoh nyata yang dekat dengan pengetahuan, ingatan, dan pengalaman khalayak pembaca. Hanya dengan begitu, khalayak pembaca akan dengan mudah mengikuti jalan pikiran tajuk rencana, mencerna, dan menyimpulkannya.

  1. Action(tindakan)

Tajuk rencana adalah karya jurnalistik yang harus tunduk pada karakteristik dan roh jurnalistik. Roh jurnalistik antara lain menunjuk kepada kesederhanaan dalam kecepatan, dan kecepatan dalam kesedehanaan. Kesederhanaan dalam kecepatan, maksudnya apa pun pesan yang disajikan haruslah menggunakan kata dan kalimat sederhana yang mudah dipahami maksudnya. Semua rangkaian kata dan kalimat itu akan uicerna pembaca dalam situasi yang serba cepat, serba bergegas, serba darurat. Surat kabar adalah teman orang-orang yatng sibuk, bukan orang-orang yang memiliki cukup banyak waktu untuk merenung atau apalagi meditasi.

Kecepatan dalam kesederhanaan, berarti proses penanganan kerja jurnalistik yang serba terburu-terburu, serba cepat, serba bahkan serba teknis, tidak berarti harus menanggalkan kesederhanaan sebagai salah satu prinsip dasar bahasa jurnalistik. Serumit apa pun lingkungan dan kehidupan yang dihadapi, tidak boleh membuat jurnalistik tergoda untuk hanyut dalam situasi yang serba tidak pasti, membingungkan, dan tanpa pegangan norma (anomie).

Kesederhanaan itu antara lain harus tampak dalam tesis atau kesimpulan yang dinyatakan dalam tajuk rencana, sekaligus tindakan apa yang harus diambil oleh khalayak pembaca pada saat itu atau sesudahnya. Sejujurnya, pembaca tak memliki cukup banyak waktu untuk merenung lebih lama atau berpikir lebih keras tentang apa sesungguhnya pendapat dan sikap resmi surat kabar yang dibacanya tentang suatu persoalan yang sedang menjadi pusat perhatian masyarakat. Jadi, penulis tajuk rencana harus menunjukkan langkah, kebijakan, atau tindakan apa yang sebaiknya diambil oleh pembaca.

  1. Teori SEES

‘Sfclain teori ANSVA, dikenal juga teori SEES sebagai singkatan dari statement (pernyataan), explanation (penjelasan), example (contoh-contoh), dan summary (kesimpulan). Teori SEES digunakan terutama untuk tajuk rencana yang singkat, sederhana, tembak langsung, sehingga tak memerlukan analisis yang kompleks dan berat. Pers populer sangat menyukai teori ini. Sedangkan pers serius papan atas lebih banyak memilih teori ANSVA. Pers serius melihat teori SEES terlalu sederhana sehingga agak menyulitkan mereka untuk melakukan analisis lebih dalam dan tajam dalam tajuk rencana yang ditulisnya.

Menurut teori SEES, ada empat tahapan untuk melakukan persuasi (memengaruhi) khalayak pembaca yang sedang sibuk, dalam situasi bergegas, tak dapat berpikir dengan tenang, dan dalam suasana hati yang mendambakan alternatif solusi pemecahan masalah segera. Pertama, lontarkan pernyataan singkat yang dapat menggugah perhatian khalayak pembaca seketika. Kedua, beri penjelasan yang relevanSdan memadai terhadap pernyataan singkat tersebut. Ketiga, yakinkan penjelasan itu dengan memberikan conioh-contoh nyata di sekitar kita.

PENGERTIAN TEORI ANSVA DAN TEORI SEES | ADP | 4.5