PENGERTIAN TEORI PSIKOLOGIS GANGGUAN BIPOLAR
PENGERTIAN TEORI PSIKOLOGIS GANGGUAN BIPOLAR – Seperti halnya dalam depresi unipolar, stres kehidupan tampaknya berperan penting dalam memicu berubah-ubahnya mood pada gangguan bipolar. Berbagai temuan lain terkait episode depresif dalam gangguan bipolar juga sama dengan berbagai temuan terkait depresi unipolar atau mayor). Dalam suatu studi prospektif terhadap para pasien bipolar, Johnson dan para koleganya (1999) menemukan bahwa dukungan sosial memprediksi pemulihan yang lebih cepat serta berkurangnya simtom-simtom depresif, namun :idak demikian dengan simtom-simtom manik. Dalam suatu studi mengenai faktoriaktor kognitif, gaya atribusional dan sikap disfungsional bersama dengan peristiwa negatif dalam hidup memprediksi meningkatnya simtom-simtom depresi pada pasien bipolar (Reilly-Harrington dkk., 1999). Menariknya, gaya atribusional dan sikap difungsional bersama dengan peristiwa negatif dalam hidup juga memprediksi peningkatan simtom-simtom manik, menunjukkan bahwa berbagai teori kognitif mengenai depresi juga dapat relevan bagi gangguan bipolar. Fase manik pada gangguan ini oleh sementara orang dipandang sebagai pertahanan terhadap kondisi psikologis yang merusak. Kondisi negatif spesifik yang dihindari bervariasi antarberbagai teori. Salah satu kasus yang kami hadapi menjelaskan mengapa banyak teoris menyimpulkan bahwa kondisi manik berperan sebagai fungsi protektif.
Pengalaman klinis dengan para pasien manik serta berbagai studi tentang kepribadian mereka saat mereka sedang mengalami remisi menunjukkan bahwa merelu tampak relatif dapat menyesuaikan diri dengan baik ketika berada di antara episodeepisode tersebut. Namun, jika mania merupakan pertahanan diri, pasti merupakan pertahanan terhadap sesuatu, dan hal ini menunjukkan bahwa penyesuaian yang terlihat baik pada para penderita manik di antara timbulnya episode-episode tersebu: bisa saja tidak mencerminkan kondisi mereka yang sebenarnya secara akurat. Dalarn upaya memo tong respons yang dapat merupakan respons defensif, Winters dar. Neale (1985) menggunakan tes yang dikembangkan secara spesifik untuk menguj: pendapat bahwa para individu yang menderita manik, meskipun sedang bera-da—d: antara episode timbulnya gangguan, memiliki harga diri yang rendah. Para pasien bipolar yang sedang berada dalam kondisi remisi, para pasien deprm unipolar, dan orang-orang normal diberi dua macam tes: inventori harga diri dan ter memori yang disusun secara khusus. Tes kedua dimaksudkan sebagai pengukurar. tersembunyi terhadap harga diri para pasien manik yang diperkirakan rendah Dalam tes memori, para peserta pertama-tama membaca satu paragraf yang menceritakan tentang serangkaian peristiwa, yang beberapa di antaranya berakhrr positif, dan sisanya berakhir negatif. Mereka kemudian diberi tes yang tampaknya mengukur ingatan tentang setiap kisah tersebut. Beberapa item memang mengukur ingatan tentang berbagai fakta, namun item-item lain memaksa peserta untuk lebik dari sekadar mengingat informasi dan mengambil berbagai kesimpulan. Contohnya, suatu kisah tentang seorang laki-laki yang belum lama berselang diberhentikan dari pekerjaan. Alasan pemecatannya tidak disebutkan secara langsung, namun kisak tersebut dirancang untuk memungkinkan peserta mengambil salah satu dari dua kesimpulan. Peserta dapat menyimpulkan apakah laki-laki tersebut dipecat tanpa melakukan kesalahan pribadi, namun karena memburuknya situasi ekonomi, ataa catatan kerjanya yang buruk membuat laki-laki tersebut dipecat dan tidak dapaa bekerja kembali. Orang-orang yang memiliki harga diri rendah diharapkan a menarik kesimpulan kedua.
Hasil-hasil penelitian tersebut sangat sesuai dengan yang diharapkan. Dalam pengukuran tentang harga diri dengan menggunakan tes tertulis, para peserta yang imerupakan pasien manik dan yang bukan pasien memiliki skor lebih tinggi dibanding para pasien depresi. Namun. pada tes memori para pasien mania memiliki skor sama dcngan para pasien depresi; kedua kelompok tersebut menarik kesimpulan yang amenunjukkan harga diri yang rendah. Dengan demikian, para peneliti menyimpulkan bahwa harga diri para penderita manik dapat sangat rendah. Suatu studi baru-baru ini menghasilkan kesimpulan yang sama.