PENGERTIAN TEORI-TEORI SOSIOBIOLOGIS ADALAH
PENGERTIAN TEORI-TEORI SOSIOBIOLOGIS ADALAH – Interpretasi sosiobiologis yang terkenal mengenai peranan jenis kelamin telah dikemukakan oleh Pierre van den Berghe (1973), dan Lionel Tiger dan Robin Fox (1971). Van den Berghe mengemukakan suatu teori bioevolusi yang didasarkan pada bukti yang diperoleh dari penelitian mengenai primat dan rekonstruksi spekulatif mengenai evolusi hominid. Argumen pokoknya adalah bahwa semua pengaturan peranjenis kelamin kontemporer mencerminkart “biogram” dasar yang diwarisi oleh manusia modem dari nenek moyang primat dan hominid mereka. Biogram inilah yang membuat kaum pria cocok untuk berburu, berperang, dan melindungi kelompoknya, dan kaum wanita mengasuh anak-anak. Biogram inilah yang melandasi pola politik kaum pria yang universal, yang unggul atas kaum wanita.
Penting untuk disadari bahwa van den Berghe mengemukakan teori sosiobiologis ini hanya untuk menjelaskan keuniversalan keunggulan kaum pria. Dikemukakannya bahwa variasi-variasi dalam bentuk atau intensitas keunggulan pria, bukan disebabkan oleh biologi, tetapi oleh elaborasi kebudayaan atas biogram manusia. Jadi dalain teori uli tidak ada sesuatu yang dirancang untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan dasar dalam pengaturan peran jenis kelamin antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Teori van den Berghe adalah “biososial” karena teori uli mengemukakan bahwa faktor biologis maupun faktor sosial-budaya adalah perlu untuk menjelaskan semua aspek perilaku peranan jenis kelamin. Pada dasarnya garis nalar yang sama dikemukakan oleh Tiger dan Fox. Mereka berpendapat bahwa laki-laki dominan secara politis dalam semua masyarakat karena predisposisi biologis bawaan mereka, dan bahwa laki-laki secara alamiah cenderung membentuk ikatan-ikatan sosial yang erat antara yang satu dengan ya.ng lainnya sebagai suatu strategi untuk mempertahankan diri kelompok. Sejumlah besar bukti telah terkumpul untuk menunjukkan sejumlah landasan biologis bagi pola-pola peranan jenis kelamin manusia. Banyak dari bukti-bukti itu telah dibahas oleh Parker dan Parker (1979). Bukti yang berasal dari pengamatan atas perilaku primat infrahuman, penelitian lintas-budaya atas perbedaan jenis kelamin, dan penelitian atas perbedaan-perbedaan jenis kelamin dalam perkembangan rnanusia, semuanya mengara.h kepada kesimpulan bahwa biologi manusia adalah suatu komponen yang penting dalam perilaku yang berbeda di antara jenis-jenis kelamin itu.
Parker dan Parker mencatat bahwa agresi adalah suatu perbedaan perilaku di antara kedua jenis kelamin yang tersebar lu as dalam dunia hewan. Di kalangan manusia laki-laki pada umumnya memperlihatkan tingkat agresi yang lebih tinggi, dan pada primat non-manusia jantan pada umumnya dilaporkan lebih cenderung untuk mempunyai perilaku yang kasar, mengancam dan unggul. Lagi pula, perbedaan-perbedaan itu agaknya mulai pada masa dini kanak-kanak dan berlangsung selama masa hidup organisme, sepertijuga pada manusia. Parker dan Parker juga membahas bukti yang menunjukkan bahwa testosterone, hormon seks pria, sangat berkaitan dengan perilaku agresif. Penelitian-penelitian yang menggunakan kera khusus memperlihatkan bahwa hewan mempunyai tingkat testosterone plasma darah yang lebih tinggi cenderung untuk berperilaku agresif dan unggul dan kurang cenderung ke arah bentuk perilaku “matemal”. Akhirnya, Parker dan Parker menyelidiki data tentang perkembangan manusia menunjukkan adanya kecenderungan biologis yang berbeda pada kedua jenis kelamin itu (cf. Money dan Ehrhardt, 1972). Penelitian horizontal mengenai wanita sebelum melahirkan yang mempunyai androgen hormon kelamin pria yang lebih tinggi dari biasa memperlihatkan bahwa wanita demikian itu berkembang berbeda dari wailita lainnya. Mereka memperlihatkan tingkat agresi dan penggunaan energi yang leb.ih tinggi, lebih cenderung untuk memilih pria daripada wanita sebagai kawan mereka, memperlihatkan kurang minat untuk bermain boneka, atau bentuk-bentuk permainan wanita lainnya yang bertalian dengan perilaku keibuan, kurang memperlihatkan pada pekerjaan rumah tangga, dan lebih sering dilukiskan sebagai gadis kelaki-lakian (tomboys).
Berdasarkan pembahasan mereka yang rinci tentang temuan-temuan tersebut di atas dan lairmya, Parker dan Parker menyimpulkan bahwa “me-niang ada kecocokan yang tepat dan logis di antara perbedaan-perbedaanjenis kelamin secara biopsikologis dalam pembagian kerja menurut jenis kelamin” (1979:299).
Sebagai tambahan pada apa yang telah diuraikan di muka, kita tidak dapat mengabaikan beberapa perbedaan biologis yang lebih nyata di antara jenis-jenis kelamin itu: bahwa kaum pria lebih besar dan lebih kuat secara fisik, dan kaum wanda mengandung dan mengasuh anak. Kenyataan biologis itu jelas memainkan peranan yang penting dalam membentuk aspek-aspek tertentu pembagian kerja menurut jenis kelamin. Jelas menguntungkan bagi masyarakat untuk menjadikan laki-laki sebagai pemburu, karena wanita yang mengandung dan menyusui jelas kurang cocok untuk berburu bila dibandingkan dengan laki-laki. Pria tidak dibebard oleh tanggtmg jawab demikian itu, dan mereka juga lebih tangkas dan lebih kuat, kenyataan yang merupakan pilihan logis sebagaijenis kelamin yang berburu binatang buas (khususnya perburuan besar).
Lagi pula, kekuatan laki-laki yang lebih besar itu tentu merupakan salah satu alasan mengapa mereka memonopoli tugas-tugas yang lebih memerlukan kekuatan dan mendesak dalam semua masyarakat. Wanita, misalnya, biasanya mengambil bagian yang lebih besar dalam pekerjaan mananam dalam masyarakat hortikultur, da.n jenis kerja ini tidak memerlukan kekuatan fisik yang besar. Akan tetapi, kaum pria memonopoli produksi ekonomi dalam pertanian yang intensif, dan bekerja dalam kondisi demikian memerlukan tingkat tenaga dan pengeluaran energi yang tinggi. Sebagai tambahan; tidaklah sulit melihat mengapa sen-ura masyarakat cenden_mg untuk mengasosiasikan wanita dengan fungsi pengasuhan anak, karena wanita yang harus mengandung dan menyusui anak. Juga terdapat suatu alasan yang tepat mengapa masyarakat dunia cenderung untuk memberikan kepada kaum wanita pekerjaan-pekerjaan yang lebih rendah tingkat keterampilan dan lebih mudah dapat diputuskan. Karena tanggung jawab memelihara anak menghendaki adanya tugas-tugas simultan lnul yang tak terduga dan sering terputus-putus, maka pekerjaan berketerampilan rendah yang memerlukan tingkat konsentrasi yang tidak tinggi adalah lebih cocok bagi jenis kelamin yang mempunyai tugas-tugas utama mengasuh anak (cf. Blumberg, 1978).
Biologi manusia dapat juga terlihat di dalam kibbutz Israel (Tiger dan Shepher, 1975; Spiro, 1979). Kibbutz adalah suatu pemukiman komunal yang dibentuk di Israel oleh orang-orang Jahudi Eropa Timur pada awal abad ini. Banyak pemukiman itu masih ada sekarang dan terus berkembang. Kibbutz dibangun sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi ideologis yang kuat dan egalitarianisme jenis kelamin. Pacla awalnya kaum pria dan kaum wanita bekerja bersama dalam tugas-tugas pertanian, kaum wanita secara aktif terlibat dalam administrasi politik, anak-anak diasuh dalam tempat-tempat pengasuhan komunal, dan kaum pria dan wanita bersama-sama bertanggung jawab dalam kegiatan pelayanan seperti memasak, mencuci pakaian, dan mengasuh anak. Dari kedudukan awal yang mendekati kesamaan atas dasar jenis kela-min, kitbbutz telah berubah dalam satu atau dua generasi menjadi masyarakatmasyarakat yang ditandai oleh perbedaan peran jenis kelamin yang tajam. Laki-laki sekarang memonopoli pekerjaan pertanian, dan wanita terutama bertanggung jawab untuk memasak, mencuci pakaian, dan merawat anakanak di tempat-tempat pengasuhan. Sebagai tambahan, laki-laki palingbanyak terwakili dalam administrasi politik. Tiger dan Shepher (1975) melaporkan bahwa wanita telah secara sukarela menarik diri dari produksi pertanian dan dari politik. Selama bertahun-tahun mereka juga semakin menuntut untuk memperoleh kesempatan menghabiskan lebihbanyak waktu secara individual dengan anak-anak mereka. sendiri. Tiger dan Shepher menafsirkEm bahwa perubahan-perubahan itu timbul dari kecenderungan biologis alamiah jenisjenis kelamin itu: kecenderungan alamiah laki-laki untuk melakukan pekerjaan yang penuh semangat dan mendominasi politik, dan kecenderungan wanita ke arah peranan-peranan yang berkaitan dengan pelayanan dan pengasuhan anak.