PENGERTIAN THEOLOGY (TEOLOGI) ADALAH
Jenisnya dari teologi.
Pengertian theology (teologi) adalah Istilah ini, termasuk teologi natural seperti yang dipraktikkan oleh, misalnya, Aristoteles, bisa diterjemahkan secara literal sebagai “wacana tentang Tuhan.” Ini adalah deskripsi luas, seperti ditunjukkan St. Thomas Aquinas dalam Summa, di mana dia menulis, “teologi mencakup doktrin suci yang berbeda jenisnya dari teologi yang menjadi bagian dari filsafat.” Pengertian luas ini juga mencakup refleksi terhadap temuan sosiologi tentang RELIGION umum atau rakyat. Dalam pengertian yang lebih sempit, teologi bisa didefinisikan sebagai refleksi metodis terhadap wahyu Ilahiah, yang dapat dikaji dalam diskursus rasional dan dipertahankan. Dalam bentuk ini, teologi adalah studi isi teks yang dianggap sebagai definitif. Dalam pengertian yang paling sempit, dan ini merupakan gaya pedoman teologi sampai pertengahan abad ke-20, teologi adalah seperangkat korelasi-korelasi wahyu Ilahi yang dijalin secara rapi, dipadukan dari harmonisasi penafsiran biblikal dan versi sejarah doktrinal Denziger. (Enchiridion Symbolorum karya H. Denziger, “pedoman keputusan doktrin gereja,” melambangkan teologi neo-skolastik yang merupakan kunci untuk struktur dogmatik gereja Katolik tradisional.) Dalam definisi sempit ini, teologi adalah usaha mengungkap isi dari doktrin sakral, dan meskipun ini merupakan makna yang sah, namun ini bukan yang dimaksud oleh kebanyakan teologi dewasa ini. Biasanya yang dipakai adalah definisi yang lebih luas.
Pluralisme.
Satu definisi luas dewasa ini dipakai untuk mengakomodasi pluralisme teologis yang menjadi terkenal selama 30 tahun terakhir. Filsafat eksistensialis, antropologi dan sosiologi, pada gilirannya, membawa teologian untuk mengakui faktor nonteologis yang memengaruhi definisi ortodoksi. Definisi teologi kemudian diperluas bukan hanya untuk merefleksikan elemen proposisional yang ada di dalam teks sakral, rumusan doktrinal dan praktik eklesial, tetapi juga untuk interpretasi pemahaman-diri yang dipahami secara langsung dan tidak langsung oleh orang beriman. Generasi teolog lama telah mengklaim dua sumber teologi: Skriptur dan tradisi. Schillebeeckx (1977), misalnya, mempertahankan dua skema sumber, tetapi mengatakan bahwa mereka, di satu sisi seluruh tradisi eksperiensial dari gerakan Yahudi-Kristen, dan, di lain pihak pengalaman manusia dewasa ini yang dialami oleh Kristen dan nonKristen Pengalaman interpretif ini adalah bagian esensial dari konsep wahyu. Pendekatan eksperiensial ini dapat berakhir dalam kutub ekstrem dari pluralisme, di satu sisi, yakni dari definisi paling sempit yang disebutkan di atas, yang diprivatisasikan dan merupakan versi voluntaris dari iman. Contoh terkenal dari genre tulisan teologis ini adalah karya Hans Kung, Theology for the Third Millenium, di mana dia mengemukakan tesis bahwa “Teologi pertama yang konstan dan kritis adalah dunia pengalaman kita dengan segala ambivalensinya, kesementaraannya dan perubahannya” (1988, h1m. 166). Jika ini diartikan bahwa segala sesuatu adalah kompatibel dengan teologi Kristen, maka akan sulit untuk melihat apa makna dari teologi. Pendekatan eksperiensial ini dapat berakhir dalam kutub ekstrem dari pluralisme, di satu sisi, yakni dari definisi paling sempit yang disebutkan di atas, yang diprivatisasikan dan merupakan versi voluntaris dari iman. Contoh terkenal dari genre tulisan teologis ini adalah karya Hans Kung, Theology for the Third Millenium, di mana dia mengemukakan tesis bahwa “Teologi pertama yang konstan dan kritis adalah dunia pengalaman kita dengan segala ambivalensinya, kesementaraannya dan perubahannya” (1988, h1m. 166). Jika ini diartikan bahwa segala sesuatu adalah kompatibel dengan teologi Kristen, maka akan sulit untuk melihat apa makna dari teologi. sebagai teologi hukum, sebab tradisi Rabbinik dipenuhi dengan diskusi yang rumit dan kerap tak terselesaikan tentang hukum Perjanijan Lama dan signifikansinya bagi kehidupan manusia. Tetapi pernyataan umum itu tidak menunjukkan kekayaan teologi Yahudi, yang amat dipengaruhi oleh holocaust, yang mulai mengembangkan bentuk teologi pembebasan.
Gaya teologis. Pengertian theology (teologi) adalah
Pluralisme dalam teologi juga eksis dalam bentuk sistem teologi lain, atau dalam idiom konternporer, dalam gaya teologisasi yang berlainan. Dalam Logic of Theology (1986) Ritsch mengidentifikasi dua tipe dasar: yang pertama adalah “monotematik” di mana teologi disusun di seputar satu tema tunggal; yang kedua adalah “konglomerat,” di mana serangkaian topik yang relevan dan tema parsial disatukan dalam korpus teologis yang koheren. Tipikal dari gaya teologi pertama adalah Martin Luther (justifikasi berdasarkan iman saja); teologi pembebasan (pembebasan dari penindasan adalah aspek signifikan universal dari agama); Kung (ekumenisme, yang tak lagi memAndang teologi lain dan gereja sebagai lawan, namun sebagai mitra); teologi postmodern (problem politik adalah aspek sentral bagi teologi); Karl Barth (kedaulatan Tuhan); Karl Rahner (epistemologi di mana interpretasi pemahaman-diri dipahami secara langsung dan secara historis dalam tindakan eksistensi). Gaya “konglomerat” mencakup mulai teologi dari Sentences Peter Lombard hingga Summa Thomas Aquinas dan sebagian besar tulisan teologis, baik itu Katolik maupun Protestan, dari abad ke- enam belas hingga awal abad ke- dua puluh, dan dalam kasus teologi Katolik, hingga pertengahan abad ke-20. Teori dua gaya teologi ini, bagaimana pun juga, banyak dikritik karena keduanya adalah sistem yang saling terkait, tidak mudah untuk mengakomodasi perkembangan historis, pergeseran paradigma atau intervensi prophetik. Teologi sering diclefinisikan sebagai “ilmu tentang iman,” jika iman di sini diartikan sebagai refleksi metodis terhaclap pokok persoalan dari disiplin tertentu. Tugas teologi adalah eksplorasi atas apa-apa yang ada di dalam wahyu. Pengertian theology (teologi) adalah Tugas ini mencaktip penjelasan detail atas pokok-persoalan khusus, yang mencakup Skriptur dan Tradisi dan pengalaman ajaran Kristen. Komitmen total yang dibutuhkan adalah dapat dibanding kan dengan refleksi kritis. Teologi di akhir abad ke-20, karenanya, mengklaim status ilmiah dalam metodologinya dan (bersant.1 dengan ilmu kemanusiaan lainnya) telah mampu menahan kritik positivis yang me • nyebut teologi tak lebih dari klaint moral dan evaluatif yang hanya mengekspresikan opini dan preferensi. Adalah sulit untuk membayangkan institusi akademik Iwittent porer mengabaikan diskursus teologi, seperti Royal Society di abad ke-17 yang mengabai kan teologi dan politik dengan alasan bahw.1 keduanya tidak netral. Hingga abad ke-20, PHILos(>PHY sendirian dalam memediasi pemahaman-diri nhutu sia dengan teologi. Kini ada sejuntlah ilmu manusia yang signifikan secara ant rop( ►1( )gp, yang memengaruhi teologi. Pengertian theology (teologi) adalah Antropologi itu sendiri mengemukakan bahwa pAndang.m teologis, yang dianggap terpisah dari peng.i laman manusia, dikondisikan oleh kultin dan struktur dari pemikiran tempat di man.t teologi itu dipahami (Pallin, 1990). ti()%io logi mengkritik individualisme teologi Bar.11 modern. Untuk mengoreksi kekurangan rnuncul dua pandangan utama: Pertama, teologi politik Jerman, yang clidefinisikan oleh Metz sebagai koreksi kritis terhadap tendensi teologi kontemporer untuk berkonsentrasi pada individu privat, telah mendorong perkembangan pemahaman Kristen atas tanggung jawab akan isu-isu publik; dan LIBERATioN THEoLoGY telah mendorong penemuan makna sosial dari Skriptur olch umat Kristen Anterika Latin yang terlibat dalam perjuangan menegakkan keadilan. Ilmu-ilmu ini kini merupakan mitra dalam dialog dengan teologi, dan harus diakui amat berpengaruh. Ilmu-ilmu tersebut telah menunjukkan, misalnya, jalan di mana ilmu iman adalah “ilmu praktis” dan telah memperkenalkan istilah seperti “orthopraksis” untuk menunjukkan signifikansi parsial dari tindakan iman dan komitmen iman dalam term ortodoksi. Teologi di masa depan, yang dipengaruhi oleh perkembangan terkini dalam filsafat dan ilmu sosial, jelas akan dimodifikasi oleh studi postmodem dan feminis.