PENGERTIAN TOKSISITAS INSEKTISIDA
Toksisitas insektisida bervariasi di antara kelompok maupun di dalam satu kelompok. Tidak dapat dikatakan bahwa satu kelompok lebih beracun dibandingkan kelompok lainnya. Toksisitas relatif dari beberapa contoh insektisida dapat dilihat pada Tabel 7.1. Toksisitas tersebut dinyatakan dalam nilai dosis letal 50% (LD50). Nilai ini menunjukkan jumlah pestisida, di mana jika diberikan dalam satu dosis akan bersifat letal (mematikan) terhadap 50% dari hewan percobaan yang diberi dosis tersebut. Nilai ter-sebut biasanya dinyatakan dalam miligram insektisida yang diberikan per kg berat badan hewan (mg/kg atau ppm).
Akan tetapi berbagai penelitian menunjukkan bahwa insektisida yang sangat beracun terhadap hewan percobaan juga sangat beracun terhadap manusia. Kontaminasi bahan pangan, biasanya biji-bijian dan produk serealia seperti tepung, mengakibatkan keracunan insektisida yang bersifat epidemik. Sebagai contoh, dalam tahun 1958 di India terjadi keracunan insektisida yang mengakibatkan kematian 102 orang karena kontaminasi parathion pada bahan pangan. Keracunan semacam ini juga terjadi di Kolombia dalam tahun 1967 yang mengakibatkan 88 orang meninggal.
Penelitian-penelitian dalam bidang biokimia melaporkan tentang mekanisme kematian oleh insektisida tersebut. Bagian tubuh yang dipengaruhi terutama adalah sistem syaraf autonomik (involuntary), sehingga mengakibatkan gejala tremor, konpulsi, sampai kematian pada serangga, burung dan mamalia. Insektisida organokhlorin dan karbamat mengakibatkan terlepasnya suatu komponen molekul yang disebut asetilkholin dari syaraf sinaptik. Suatu enzim yang terdapat pada sisi reseptor dengan cepat mengubah asetilkholin menjadi molekul nonaktif sehingga asetilkholin tidak sempat membuat getaran listrik. Enzim ini disebut asetilkholinesterase (AKHE) yang dapat melekat pada insektisida organofosfor dan karbamat sehingga mengalami deaktivasi. Jika enzim tersebut mengalami deaktivasi karena adanya insektisida organofosfor dan karbamat, maka asetilkholin akan menggerakkan getaran-getaran listrik sepanj ang syaraf. Keadaan ini dapat mengakibatkan gejala tremor dalam sistem otot involuntari, konfulsi, dan akhirnya menyebabkan kematian.
Mekanisme kerja insektisida molekul organokhlorin diduga karena komponen ini terlarut di dalam membran lemak yang mengelilingi urat syarat, sehingga mengganggu transpor vital masuk dan keluar urat syarat. Transpor ion keluar urat syaraf berperan dalam transmisi impuls listrik sepanj ang urat syaraf, sehingga gangguan transpor tersebut akan mengakibatkan tremor dan konfulsi.