Pengertian Western Marxism (Marxisme Barat) adalah Bentuk teori Marxis ini biasanya dipahami sebagai teori yang digagas oleh banyak penulis seperti Gyorgy Lukacs, Ernst Bloch, Karl Kosch, Antonio Gramsci, anggota FRANKFURT SCHOOL, pemikir Prancis dari Jean-Paul Sartre hingga ke Louis Althusser dan sebagian karya Jurgen Habermas. Susunan teorinya mulai dibangun sekitar tahun 1920 dan selesai sekitar tahun 1970. Teori ini bukan berarti sekadar Marxisme di Barat, atau Marxisme dari Barat yang bertentangan dengan Marxis ortodoks di USSR. Teoretisi Trotskyis seperti Ernest Mandel atau pembangkang Rudolf Bahro bukanlah “Marxis Barat” dalam pengertian filosofis. Di lain pihak, banyak karya neoMarxis sejak 1960-an, seperti revisionis Perry Anderson (1976), ekonomi Sraffian (yakni, neo-Ricardian) dari mazhab Cambridge dan “Marxisme analitik” dari Jon Elster dan John Roemer, harus dimasukkan ke dalam kelompok Marxisme Barat.
Lalu apa perbedczan spesifik dari Marxisme Barat? Cara terbaik untuk memahami persoalan ini adalah dengan menengok pada konteks historis dari ide ini. Ide ini pada awalnya dan terutama adalah penolakan terhadap Marxisme Second (Socialist) International. Teori Marxis pasca kematian Marx semakin mengikuti pandangan determinisi. Dari 1890-an muncul doktrin bahwa hukum ekonomi objektif dianggap adalah penggerak utama sejarah dan bahwa kesadaran tak lain merupakan refleksi realitas sosial dan fisik. Pada 1920-an gagasan ini masih dianut oleh teoretisi berpengaruh seperti Karl Kautsky dan Nikolai Bukharin dan, dalam beberapa konteks, oleh Lenin. Tetapi gagasan mereka segera ditentang oleh Leninis muda di Barat: Lukacs, Bloch, Korsch dan Gramsci. Gramsci bahkan memuji naiknya komunis ke panggung kekuasaan pada 1917 sebagai sebuah “revolusi melawan Capital,” yang diartikannya sebagai kemenangan scjarah atas determinisme sejarah. Frasa Gramsci menunjukkan dengan jelas motivasi utama pemberontakan Marxisme Barat melawan Second International: radikalisme yang tak sabaran, yang disulut oleh “cahaya Oktober” dan dipengaruhi oleh harapan mesianik penyelamatan manusia (bukan hanya aspek sosialnya) melalui revolusi. Secara politik pendiri Marxisme Barat—empat tokoh tersebut di atas—bergerak dari aliran di spektrum paling kiri, seperti anarcho-syndicalism atau komunisme dewan, ke disiplin Leninis, pandangan dari Lukacs dan Gramsci. Politik Leninis ditinggalkan belakangan, dalam mazhab Frankfurt pasca-perang dan Habermas. Marxisme Barat pada awalnya adalah Leninisme politik tanpa materialisme determinis dari filsafat Leninis-Stalinis. Ia segera mengembangkan epistemologi manusia, menegaskan pertentangan (yang tidak dikenal oleh Marx, Engels, Kautsky dan Lenin) antara kritik dan ilmu (sosial). Ia tak lagi memandang analisis Marxis sebagai kritik terhadap ekonomi borjuis namun sebagai alternatif untuk sudut pandang ilmiah—dialektika penuh. Baik itu Kautsky maupun Bukharin diamdiam membentuk kembali Marxisme sebagai sosiologi historis naturalis yang lebih dekat dengan evolusionisme ketimbang dialektika, dan karenanya lebih dekat dengan pandangan Ernst Haeckel ketimbang Hegel. Tetapi perintis Marxisme Barat semuanya neo-idealis, seperti tampak dalam karya Fichte dan terutama Austro-Marxis yang berpijak pada karya Hegel (lihat Ausmo-MARxism) dan Kant, dan filsafat mereka mirip dengan Hegelianisme kiri pada era 1830-an dan 1840-an. Penemuan kembali sumber-sumber idealis berbarengan dengan peminjaman dari kultur borjuis, dan Lukacs muda berutang budi pada Georg Simmel, Wilhelm Dilthey dan Max Weber, sedangkan Gramsci dipengaruhi oleh Benedetto Croce dan teoretisi elit Italia. Pemikir mazhab Frankfurt mencampurkan tema alienasi dengan elemen Nietzschean, perspektif Freudian dan inotif-motif modernis. Sedangkan Marxisme Prancis, bayang-bayang I lei degger amat memengaruhi mereka. Eklektisisme ini bekerja dalam semangat idealis, dan sering kali diaplikasikan ke analisis kultural ketimbang problem ekonorni-politik (meskipun Gramsci mengkhususkan diri pada kultur politik). Jadi sebagian besar Marxisme Barat dapat dikatakan sebagai Marxisme suprastruktur (lihat BASE ANI) SUPERSTRUCTURE). Lukacs, Walter Benjamin, Theodor Adorno dan Sartre adalah di an tara kritikus sastra dan ahli estetika yang terkemuka di masa mereka. Kedekatan persoalan kultural dengan epistemologi keina nusiaan membawa Marxisme mendekati tradisi hermeneutika sebab neo-idealis peduli untuk mencari makna ketimbang sebab, dan kebanyakan pandangan mereka bersifat interpretatif ketimbang penjelasan. Aspek umum terakhir dari Marxisme Barat (yang tidak ada dalam karya Korsch, Gramsci, atau Althusser) adalah animus versus peradaban modern. Lukacs mucla, Bloch dan terutama mazhab Frankfurt memasukkin Kulturkritik, doktrin dan penolakan terhadap kultur MoDERNITY ke dalam Marxisme. Mereka gelisah terhad.ip industrialisasi, tidak peduli pada demokr.i si liberal, dan memusuhi sains dan tekniilo gi. Sindrom ideologis ini bagaimanapun juga sudah ada sebelumnya, mulai da•i Marxisrne klasik, seperti dalam fin-de siecle revisionisme Eduard Bernstein, :11.111 dalam pemikiran George Sorel atau 1.1%et dari kalangan Austro-Marxis. Marx sen diri—seperti Hegel—adalah pengagum mo• dernitas, sehingga Marxisme Barat dalain pengertian ini merepresentasikan pemba likan pandangan sejarah di dalam ktibu Marxis. Logika tesis sejarah, seperti materialisme, ditinggalkan. Marxisme Barat lahir dalam buku dari esai yang dikumpulkan oleh Lukacs dalam History and Class Consciousness (seba gai justifikasi revolusi Lenin) dan dalain Marxism and Philosophy karya Korsch, keduanya terbit pada 1923. Tenia kon. septual dari kedua buku itu adalah subjek sosial, kesadaran revolusioner proletariat. Objektifikasi mencerminkan tindakan subjek: jadi reifikasi (objektifikasi yang buruk) mencerminkan subjek yang buruk, yakni kapitalisme dan kultur borjuis, sedangkan surga revolusioner akan tercapai setelah proletariat berkuasa sepenuhnya. “Sudut pandang totalitas” ini bagi Lukacs adalah esensi dasar dari Marxisme, dan lebih penting ketimbang “tema ekonomi.” Pemahaman akan totalitas adalah PRAXIS sadar, dan totalitas sebagai praksis adalah aktif dengan sendirinya—ia adalah subjek historis, sumber makna historis global. Dan akar makna saat ini adalah revolusioner karena buruh yang teralienasi secara langsung memahami reifikasi, yakni dehumanisasi, sebagai jiwa dari kapitalisme. Dalam kenyataannya proletariat mungkin menunjukkan totalitas kesadaran atau mungkin juga tidak; tetapi jika tidak, itu tidak masalah, sebab menurut Lukacs ada “kehendak kolektif yang ingin mewujudkan kebebasan rii1″—Partai Komunis. Karya awal Lukacs telah menunjukkan mistik etis sebagai jalan keluar dari dekadensi, dan dalam menganut Marxisme ia mempertahankan moralisme mesianik. Max Weber, yang berkawan dengan Heidelberg, mendeskripsikannya sebagai contoh utama dari “etika keyakinan,” yang jauh dari realisme yang bertanggung jawab. Revolusi menjadi terhalang oleh perhatian material sedangkan komunisme dimasuki ide kultur tinggi sebagai dunia kehidupan yang bermakna. Seperti diakui oleh Lukacs di kemudian hari, seluruh karyanya diliputi oleh “anti-kapitalisme romantik.”
Romansa antara Marxisme dan Kulturkritik dilanjutkan oleh penerus Lukacs, filsuf Frankfurt Max Horkheimer dan Theodor Adorno. Buku bersama mereka, Dialectic of Enlighenment (1947) adalah gospel kedua dari Marxisme Barat. Program Horkheimer adalah “filsafat sosial”: teorisasi empiris, namun berbeda dari ilmu sosial “positivis” dalam kerangka komitmen Lukacsian untuk “memahami keseluruhan.” Namun pemikir Frankfurt meninggalkan utopianisme Lukacs dan metafisika subjeknya dan juga mitos proletariat revolusionernya. Pada 1940-an mereka mempelajari anti-Semitisme dalam hubungannya dengan fasisme dan “kepribadian otoriter,” dan setelah perang mereka meninggalkan analisis kelas, lalu berkonsentrasi pada kritik terhadap kultur modern sebagai “pengkhianat nalar.” Nalar instrumental (sains) dituduh mengganti emansipasi dengan represi dalam pengertian naluri Freudian, dan peran “teori kritis” menjadi sejenis resistensi pesimistik melawan kultur massa serta melawan kapitalisme dan sosialisme. Kemudian, oleh Herbert Marcuse keduanya sama-sama dianggap sebagai bentuk masyarakat “satu dimensi” yang menindas. Di tangan Adorno, dalam Negative Diakctics (1966), dialektika menjadi perlambang dari Marxisme terselubung. “Marxisme tanpa proletariat” yang aneh telah muncul, mengabaikan perjuangan kelas dan optimisme historis. Pengertian Western Marxism (Marxisme Barat) adalah Tujuan Horkheimer adalah kembali ke Schopenhauer dan agama. Akan tetapi, radikalisme Marxis Barat belum mati. Esais berbakat Walter Benjamin telah mengombinasikan atau mengubah politik radikal dengan epistemologi irasionalis dan pesimisme historis, yang diungkapkannya dalam “Theses on the philosophy of history” (1939-40, dalam Benjamin, 1955). Pada 1960-an, saat JeanPaul Sartre berusaha menggabungkan eksistensialisme dengan Marxisme, Marcuse mulai berga bung dengan pemberontakan mahasiswa dan gerakan kontra-budaya. Mazhab Frankfurt yang diasingkan telah mengubah Marxisme Barat menjadi romantisisme keputusasaan; sedangkan Sartre dan Marcuse berniat menghidupkannya sebagai romantisisme pemberontakan. Gelombang selanjumya, Marxisme strukturalis (lihat STRUCTURALISM) yang dipimpin oleh Louis Althusser, bereaksi tajam terhadap Lukacs dan Sartre yang mengutamakan kesadaran, tetapi ia akhirnya menghasilkan fundamentalisme skolastik di seputar cita-cita menjadikan sejarah sebagai sains. Dua perkembangan neo-Marxis—perdebatan Anglo-Perancis tentang mode produksi dan Anglo- jerman tentang sifat negara kapitalis—mengambil inspirasi dari kategori Althuserrian. Secara politik, Sartre dan Marcus adalah “gauchistes,” sedangkan kelompok Althusserian seringkali seperti kelompok Maois dan Althusser sendiri adalah salah satu dari Marxis terakhir yang mengkritik kediktatoran proletariat. Gramsci amat berbeda, dan karyanya Prison Notebooks, ditulis dari 1929 sampai 1935, memuat tulisan sosiologi politik yang amat bagus, yang menganalisis hubungan timbal balik antara perubahan politik dan struktur kelas. Tulisan Gramsci tentang hegemoni kelas dan blok kelas, tentang jenisjenis revolusi dan modernisasi, dan tentang peran intelektual, tidak mengandung determinisme ekonomi Marxisme tetapi ia tidak jatuh dalam teoretisme kering dari Marxisme Barat. Pengertian Western Marxism (Marxisme Barat) adalah Gramsci menentang determinisme dan historisisme, tetapi dia berbeda dengan para pemikir Jerman karena dirinya menjauhi Kulturkritik; dan meskipun seorang Leninis, dia berusaha menggerakkan komunisme ke arah proto-demokratik nonsektarian dengan memadukan sosialisme dan budaya populer. Pandangannya mengilhami komunisme Eropa setengah abad setelah kematiannya sesudah ia di penjara oleh rezim fasis. Semangat demokratik dan peggantian Kulturkritik juga membedakan tulisan pemikir terkemuka generasi kedua mazhab Frankfurt, Jurgen Habermas.