PENYIMPANGAN KONSEP RAS
Penyalahgunaan dan penyimpangan-penyimpangan konsep ras
Di antara berbagai konsepsi keliru sekitar konsep ras adalah gagasan-gagasan tentang ‘kemurnian ras”, efek-efek hibridisasi rasial, ras-ras superior dan inferior, perbedaan-perbedaan ras dan mental, ras dan budaya. Pandangan menyeluruh mengenai pokok bahasan yang luas ini tidak mungkin diberikan di sini: bahasan ini sudah ada dalam sejumlah kajian seperti yang dilaku-kan oleh Tobias (1970), Montagu (1972), Mead et. al. (1968), Kagan (1968), Jensen (1969), Bodmer dan Cavalli-Sforza (1970), Scarr-Salapa- tek (1971), Lochlin et. al. (1975), Scarr (1980) dan Gould (1981).
Meskipun para penulis melakukan seleksi dengan sudut pandang yang berbeda-beda, terutama mengenai pokok bahasan ras dan intelijensi (sebagaimana yang mungkin tercermin dari hasil-hasil tes IQ), adalah tidak adil untuk menyatakan bahwa yang berikut ini merefleksikan pandangan sebagian besar pakar antropologi fisik, biologi manusia dan genetika manusia pada saat ini.
Ras adalah gagasan yang dipinjam dari biologi.
Pada suatu fase ketika kajian tentang populasi manusia sangat morfologis yang disertai dengan klasifikasi obyektif, konsep ras membantu mengklasifikasikan banyak sekali ragam makhluk hidup dan manusia awal dari jenis Homo Sapiens. Dengan munculnya analisis genetik dan ditemukannya diferensiasi genetik melampaui batas-batas ras-ras manusia, konsep ras pun akhirnya jadi melemah.
Meskipun beberapa ahli genetis populasi yakin bahwa ras masih berguna dalam kajian terhadap afinitas-afinitas genetik populasi-populasi makhluk hidup dalam menentukan faktor-faktor kausal yang terjadi dalam memproduksi diferensiasi genetik dan dalam merekonstruksi sejarah filogenetik keragaman manusia modern.
Kajian mengenai ras-ras manusia sejak lama didasarkan atas ciri-ciri fisik (yaitu ciri-ciri morfologi, fisiologi dan biokimiawi) dan ciri-ciri genetik; ciri-ciri mental belum digunakan dalam mengklasifikasi ras-ras manusia, dan ciri-ciri tersebut ternyata memang belum bermanfaat untuk tujuan semacam itu.
Kajian-kajian ilmiah belum secara sah menunjukkan dan secara genetik menentukan berbagai variasi dalam jenis-jenis sistem saraf yang dimiliki anggota berbagai ras manusia, dan juga secara genetik belum bisa secara jelas menentukan perbedaan-perbedaan dalam pola perilaku para anggota macam-macam ras itu.
Pernyataan yang mengemukakan bahwa faktor-faktor genetik mempunyai andil sekitar 7 5 hingga 80 persen kepada nilai tes IQ dan karena itu menyebabkan berbagai perbedaan Hitam-Putih dalam hasil tes telah dipertanyakan secara serius dalam sejumlah penelitian. Seperti sudah ditunjukkan bahwa estimasi heritabilitas sebesar 0,75 tidak berlaku untuk ras Hitam Amerika, di mana persentase yang jauh lebih kecil dari varian hasil tes terbukti telah ditentukan secara genetis, dan dalam proporsi lebih besar ditentukan berdasarkan lingkungannya. Berbagai karya besar yang telah terkumpul sejak Jensen (1969) mengemukakan hipotesisnya bahwa ras kulit hitam Amerika secara genetik lebih rendah dalam hal inteligensi dibandingkan dengan ras kulit putih, menyiratkan berbagai kelemahan penalaran dalam hipotesis itu. Kesimpulan yang terutama harus diambil dari berbagai kajian ini adalah bahwa “data yang ada saat ini tidak memadai untuk memecahkan persoalan ini dari sudut manapun juga” (Bodmer dan Cavalli-Sforza 1970). Sejumlah penelitian sudah mengarah kepada pengembangan hipotesis-hipotesis lingkungan. Misalnya, Scarr (1980) menemukan bukti dalam kajiannya untuk mendukung sebuah hipotesis ganda bahwa perbedaan-perbedaan seperti itu ada di antara populasi-populasi perbandingan yang sebagian ia kaitkan dengan faktor-faktor lingkungan dan sebagian lagi dikaitkan dengan faktor-faktor
kultural. Mengenai tambahan hipotesis kultural ini, tulisannya cenderung menekankan relevansi ekstra-skolastik yang berbeda atau pengalaman di rumah dengan kecerdasan-kecerdasan dan keberhasilan-keberhasilan skolastik; “Pemindahan pengajaran dari rumah ke sekolah bisa jadi mempunyai dampak yang kurang langsung bagi anak-anak ras kulit hitam dibandingkan bagi anak-anak ras kulit putih” (Scarr-Salapatek 1971). Intinya, di tengah ketidaktahuan kita ini. sungguh tidak bisa dibenarkan untuk memasukkan inteligensi bagaimanapun terujinya sebagai perbedaan-perbedaan yang ditunjukkan secara sah dan ditentukan secara genetik di antara ras-ras manusia.