PERSIAPAN PRACETAK
Persiapan Pracetak
Teks dan gambar harus diubah menjadi lempeng pencetak-tekan. Proses ini bergantung pada metode cetak, kualitas reproduksi yang diinginkan, dan banyaknya kopi yang harus dicetak.
Tata Huruf. Tata huruf adalah rakitan huruf menjadi kata, dan kata menjadi baris, dalam suatu bentuk yang cocok untuk reproduksi. Tata huruf juga disebut komposisi atau typesetting.
Komposisi logam panas merupakan cara tradisional. Di sini tiap huruf, yang terbuat dari logam, dirakit dengan tangan, untuk membentuk kata dan baris. Baris-baris disusun membentuk halaman. Susunan ini digunakan langsung atau dibuat lempeng cetak lain berdasarkan susunan ini. Cara ini masih banyak dipakai di Indonesia oleh percetakan-percetakan kecil di rumah-rumah.
Komposisi mekanis. Di sini untuk merakit huruf, dipakai mesin yang menata setiap baris cetakan sebagai satu potongan (Lvnotype dan Intertype) atau menata huruf satu demi satu (Monotype). Yang pertama menggunakan cetakan untuk tiap huruf, yang disebut matriks. Baris matriks dirakit oleh operator yang mengetik pada tombol-tombol. Setelah diperoleh satu baris penuh, secara otomatis dituang lelehan logam untuk mengecor baris cetak. Dari mesin akan keluar cetakan logam yang masih panas, satu baris demi satu baris. Mesin Monotype mengecor huruf demi huruf, yang kemudian dirakit menjadi baris. Dulu mesin Lynotype banyak dipakai di percetakan surat kabar di Indonesia. Kini sudah hampir tak ada yang menggunakannya.
Komposisi langsung. Mesin ketik listrik, yang di Indonesia dikenal dengan nama IBM composer, dapat menghasilkan ketikan yang dapat dipotret untuk membuat lempeng cetak. Di sini lebar huruf dapat dibuat proporsional, sehingga mirip dengan muka-muka huruf yang lazim. Jenis yang canggih dapat menyesuaikan lebar baris secara otomatis, sehingga ketikan rata di kiri dan kanan. Mesin ini banyak terjual pada tahun 1970-an, tetapi kini praktis sudah tidak diproduksi lagi.
Fotokomposisi. Mesin fotokomposisi menghasilkan gambaran huruf secara fotografik pada kertas atau film. Di Indonesia, ini merupakan generasi mesin setelah IBM composer, dan banyak dipakai sampai sekarang. Contoh mesin yang banyak beredar di sini ialah mesin Compugraphic. Huruf hasil komposisi mesin ini sangat jelas dan tajam. Dalam kebanyakan mesin, huruf untuk tiap bayangan berupa negatif (terbalik). Tiap huruf akan dipotret bergiliran pada film dengan ukuran yang diinginkan sehingga terbentuk sebaris huruf.
Ada berbagai jenis mesin. Pada salah satu jenis, pengetikan naskah akan menghasilkan juga pita kertas berlubang yang berisi informasi mengenai panjang baris, ukuran, dan model huruf yang dikehendaki. Bila pengetikan telah selesai, pita kertas ini diumpankan kembali untuk mengendalikan mesin tadi. Mesin generasi baru yang lebih canggih menayangkan hasil ketikan pada monitor (yang mirip layar TV). Bila telah sesuai dengan apa yang dikehendaki, komposisi itu diproyeksikan pada film potret atau kertas.
Komposisi komputer. Ini merupakan generasi terakhir. Di sini huruf dan gambar ditata pada layar komputer. Setelah itu datanya diumpankan ke pencetak laser (yang mirip dengan mesin fotokopi), atau ke mesin fotokomposisi khusus, misalnya Lynotronic-100. Hasilnya direkam dalam film atau kertas. Komposisi dengan komputer kini semakin banyak digunakan di seluruh penjuru dunia, termasuk Indo-nesia, karena amat mudah, relatif murah, dan amat canggih. Komputer tidak saja dapat menyimpan data berupa naskah, tetapi juga gambar. Untuk keperluan ini, perangkat lunak yang paling populer saat ini ialah Ventura dan Pagemaktir. Persiapan Gambar untuk Cetakan. Hampir semua jenis potret dan lukisan dapat direproduksikan oleh proses cetak-mencetak. Reproduksi itu dapat berupa gambar hitam putih, dwiwarna (hitam plus satu warna lain), dan warna lengkap. Gambar untuk reproduksi dikelompokkan sebagai ilustrasi garis, ilustrasi nada sinambung, gabungan garis dan nada sinambung, serta ilustrasi warna lengkap.
Ilustrasi garis. Pada lukisan yang dibuat dengan pena, semua unsur lukisan adalah hitam. Film negatif dapat langsung digunakan untuk membuat lempeng cetak setelah ukurannya disesuaikan. Dapat juga dibuat film positifnya dulu. Untuk membubuhkan efek nada kelabu dan bayangan, biasanya digunakan titik- titik. Ilustrasi nada sinambung. Potret dan cat air adalah contoh ilustrasi jenis ini. Gradasi warnanya sangat lebar (sehingga tampak sinambung), di samping warna hitam dan putih. Daerah abu-abu itu secara fotografi diubah menjadi suatu pola bintik-bintik hitam dan putih.
Bayangan nada sinambung dari lukisan asli diubah menjadi pola titik dengan menggunakan raster, yakni selembar film atau kaca berisi kisi garis atau titik yang sangat halus. “Ukuran” raster ini ditentukan oleh jumlah garis sejajar per sentimeter (20—80 garis per sentimeter, atau 65—200 titik per sentimeter). Raster ini ditaruh di depan film dalam kamera untuk memotret lukisan itu. Untuk koran cukup digunakan raster 65 titik per sentimeter, dan untuk kebanyakan buku 85 titik per sentimeter.
Ilustrasi warna-penuh. Gambar asli yang beraneka warna dapat direproduksi dengan proses cetak hanya dengan tiga atau empat tinta berwarna yang khusus. Bila kita amati lukisan asli, warna yang kita lihat merupakan berbagai kombinasi warna biru, hijau, dan merah yang dipantulkan oleh lukisan itu ke mata kita. Maka cetakan haruslah memantulkan ketiga warna itu dengan kombinasi yang serupa. Untuk itu digunakan kertas putih (memantulkan semua warna) dan tiga tinta dengan warna primer yang subtraktif, yakni kuning, magenta, dan sian (cyan).
Tinta kuning pada kertas putih memantulkan semua penyusun warna putih, kecuali biru. Jadi tinta ini memantulkan warna hijau dan merah. Tinta magenta menyerap warna hijau dan memantulkan biru dan merah. Tinta sian menyerap warna merah dan memantulkan warna biru dan hijau. Gabungan dua tinta ini akan menghasilkan satu warna primer aditif (biru, hijau, atau merah). Jadi tinta kuning plus sian menghasilkan warna hijau, dan seterusnya. Gabungan tinta akan menghasilkan warna hitam.
Dalam proses cetak warna masih digunakan tinta hitam untuk merinci dan menambah ketajaman gambar. Karena digunakan empat tinta ini, cetak warna penuh disebut juga cetak empat-warna.
Lukisan asli diuraikan (diseparasi) menjadi ketiga warna primer komponennya dengan memotretnya tiga kali, tiap kali dengan menggunakan filter biru, hijau atau merah. Potret biru untuk tinta kuning, potret hijau untuk tinta magenta, potret merah untuk tinta sian. Lempeng keempaTyang menggunakan tinta hitam dibuat dengan menggunakan potret yang diambil dengan menggunakan filter gabungan.
Keempat film yang diperoleh disebut film separasi. Film-film ini dapat dibuat langsung dengan raster (tapisan separo-nada) atau diraster belakangan ketika dibuat film positif, sekalian dengan pembesaran atau pengecilan. Dalam proses cetak-tekan nanti keempat tinta digunakan secara bergiliran dan dijaga dengan cermat agar keempat cetakan itu benar-benar berimpit. Mengimpitkan ini disebut register.
Di samping penguraian warna dengan kamera dapat juga digunakan peranti susuran elektronis. Salah satu scanner elektronik bekerja menyusuri orisinal yang tembus cahaya dengan berkas cahaya. Berkas ini kemudian diuraikan menjadi tiga berkas yang masing- masing dijatuhkan ke sebuah fotosel. Fotosel pertama ditutupi filter merah, yang kedua hijau, dan yang ketiga biru. Fotosel mengubah cahaya menjadi isyarat listrik. Setelah digandakan isyarat listrik ini digunakan untuk mengubah tiga berkas cahaya yang jatuh pada tiga film yang terpisah. Hasilnya adalah tiga film negatif yang serupa dengan film hasil penguraian kamera. Film keempat (untuk warna hitam) diperoleh dengan mencampur ketiga isyarat berkas cahaya tadi secara elektronik.
Incoming search terms:
- pengertian pracetak