POLA PEMBINAAN KEPEMIMPINAN MAHASISWA
Peranan perguruan tinggi dalam pembangunan diarahkan untuk mendidik mahasiswa-mahasiswi yang berjiwa penuh pengabdian serta memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap masa depan bangsa dan negara Indonesia. Sehubungan dengan hal itu diperlukan adanya pembinaan kepemimpinan di kalangan mahasiswa sesuai dengan minat ilmunya dalam wadah-wadah organisasi yang efektif, sehingga dapat mengembangkan prestasi serta partisipasi yang positif.
Untuk melaksanakan pembinaan mahasiswa dengan harapan men-capai hasil yang maksimal, maka haruslah diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
– adanya situasi dan kondisi yang baik dan menyenangkan;
– adanya para pembina yang dapat memberikan contoh dan teladan yang positif;
– adanya prasarana dan kemudahan;
– adanya respon dari semua pihak, yaitu dari mahasiswa sendiri, dari keluarga (orang tua mahasiswa), dari kalangan staf pengajar, dan dari masyarakat luas.
Situasi dan kondisi yang baik dan menyenangkan untuk tempat pembinaan mahasiswa adalah terutama di universitas, institut, atau akademinya masing-masing. Dalam membicarakan universitas maka kita harus melihat civitas academica yang terdiri dari: guru besar atau dosen, karyawan, alumnus, dan mahasiswa.
Unsur guru besar dan dosen dalam pembinaan mahasiswa adalah unsur yang dapat dikatakan sebagai conditio sine quanon, oleh karena para guru besar dan dosenlah yang langsung berhubungan dan berhadapan dengan para mahasiswa pada waktu kuliah.
Para mahasiswa yang berkisar di antara usia 18-27 tahun adalah individu yang sedang mencari bentuk atau identitas. Mereka telah melampaui masa pubertas atau pancaroba, tetapi mereka belum menempati status dewasa. Hal ini disebabkan sebagian besar mahasiswa masih bergantung kepada biaya orang tua dan tinggal bersama orang tua. Dalam mata pencaharian, status, atau identitas sebagian besar para mahasiswa akan merasa tersinggung apabila dikatakan harus mendapat bimbingan dan mereka merasa tidak perlu dibimbing karena mereka sudah dewasa. Akan tetapi, walaupun mahasiswa ada yang merasa cukup dewasa, bimbingan tetap perlu diberikan. Khususnya yang bersifat moral dan mental agar mahasiswa tetap tabah dan ulet dalam menghadapi masa depannya dan menentukan masa depannya. Bimbingan inilah yang berfungsi sebagai pembinaan terhadap mahasiswa. Bimbingan ini bersifat mengisi para mahasiswa dengan ilmu pengetahuan. Tugas ini dibebankan kepada para dosen. Akan tetapi harus diperhatikan sejauh mana bimbingan para dosen, tergantung daripada situasi dan kondisi para dosen itu sendiri. Faktor-faktor yang berpengaruh di antaranya adalah sebagai berikut:
- Faktor pribadi para dosen, yaitu: status, kualifikasi, pendirian, wibawa, dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh para dosen.
- Faktor dari luar pribadi para dosen, adalah: latar belakang kehidupannya, kesejahteraan keluarga, kesempatan para dosen itu untuk berkembang, lingkungan dan pergaulan pengaruh ilmu pengetahuan mutakhir.
Sejauh mana kualitas para dosen dalam membimbing mahasiswa, sejauh itu pula pengaruhnya akan diserap oleh anak didiknya.
Selain para dosen, karyawan universitas dan alumnus juga mempunyai pengaruh yang besar bagi perkembangan pribadi mahasiswa. Karyawan universitas adalah individu-individu yang mempunyai wewenang mengatur kelancaran administrasi di universitas, hal ini juga mengatur kelancaran perkembangan studi para mahasiswa.
Alumnus dari universitas akan menjadi cermin bagi para mahasiswa. Jelaslah, hal ini mempengaruhi perkembangan pribadi mahasiswa, khususnya dalam dunia universitas. Lapangan kerja yang dimiliki oleh alumnus dan sikap hidup yang telah mapan juga menjadi faktor positif yang mendorong semangat juang di kampus bagi para mahasiswa yang masih studi.
Unsur yang paling penting dari civitas academica dan unsur yang paling penting dalam pembinaan generasi muda adalah mahasiswa itu sendiri. Dalam membina kehidupan kampus, khususnya untuk mengembangkan pribadi mahasiswa, yang penting untuk meninjau unsur ‘mahasiswa ini, di antaranya adalah:
- Organisasi mahasiswa yang efektif.
- Kepemimpinan di kalangan mahasiswa.
- Kesejahteraan mahasiswa.
- Faktor lingkungan mahasiswa.
- Faktor luar yang mempengaruhi mahasiswa, misalnya organisasi ekstrakurikuler, parpol, dan sebagainya.
- Pengelompokan pada mahasiswa.
- Semangat dan dedikasi mahasiswa dalam belajar, bermasyarakat dan berorganisasi, bagaimana prestasi mahasiswa, afiliasi dan kekuatan mahasiswa.
Dalam pembinaan mahasiswa di universitas, diperlukan kerja sama unsur-unsur civitas academica yang telah diuraikan terdahulu. Di samping itu, harus diperhatikan pula peranan pembinaan yang menyangkut:
- Koordinasi dan kerja sama antarunsur civitas academica.
- Masing-masing organisasi unsur civitas academica harus mempunyai relevansi dengan gerak perkembangan universitas.
- Setiap organisasi yang ada dalam civitas academica harus tumbuh dengan wajar, sesuai dengan persyaratan tujuan yang ingin dicapai dan sesuai dengan gerak langkah pembinaan mahasiswa.
- Organisasi dalam civitas academica diharapkan mempunyai disiplin yang sejalan dengan fungsi dan tugas yang dimilikinya serta tujuan yang ingin dicapainya.
- Tujuan yang ingin dicapai harus ditetapkan dalam prioritas utama.
- Harus ada kerja sama antara pimpinan mahasiswa dan kelompok penunjang untuk mensukseskan kegiatan mahasiswa secara me-nyeluruh.
Setelah membaca uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam rangka pola pembinaan mahasiswa di universitas diperlukan manajer yang kuat, di samping itu tentunya diperlukan kelompok pimpinan universitas dan kerja sama staf yang kompak. Selain itu, diperlukan pula korps dosen yang kompak, mau berkembang dan maju serta mempunyai dedikasi yang besar terhadap fungsi dan tugasnya masing-masing. Hal yang lain adalah perlu diperhatikannya peraturan dan aturan main dalam melaksanakan program kemahasiswaan, di mana aturan ini harus jelas ditaati. Pengembangan kepemimpinan di universitas harus sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta harus sejajar dengan perkembangan masyarakat yang ada di lingkungannya. Semuanya harus saling berkesinambungan, sehingga pola pembinaan kemahasiswaan dapat menghasilkan mahasiswa yang berkembang dalam ilmu dan mental kedewasaannya.