PROSEDUR METODE ILMIAH
Prosedur Metode Ilmiah
Dalam sebagian terbesar kasus, metode ilmiah mengandaikan bahw; apapun yang terjadi mempunyai sebab khusus yang disusuli akibai khusus pula. Metode ilmiah mengandaikan, akibat-akibat dapai disimpulkan (diprediksi) dari pengetahuan empiris tentang sebab sebab. Metode ini mengandaikan pula, pengetahuan tentang sebab sebab dapat diperoleh dari pengetahuan tentang akibat-akibat.
Metode ilmiah mulai dengan merumuskan hipotesis kerja tentatif yang menjelaskan beberapa gejala. Metode ilmiah, terdiri dari enam langkah.
1. Kesadaran akan adanya persoalan. Kita mulai berpikir kalai ada persoalan, kesulitan atau kalau kita ingin mengetahui per soalan itu. Melukiskan persoalan secara jelas dan benar sama penting. Tanpa definisi yang jelas tentang persoalan itu, kits tidak mengetahui fakta mana yang layak kita kumpulkan.
2. Data yang relevan dan tersedia dikumpulkan. Bagi persoalar yang sederhana, bahan-bahannya boleh jadi sudah ada. Akai halnya persoalan yang lebih rumit, mungkin kita memerlukai penelitian yang cukup lama untuk mengumpulkannya. Fakta fakta yang justru terkadang baru dapat diketahui setelah penelitian yang seksama.
3. Data ditertibkan. Data-data itu diberi nomor, dianalisis dan diklasifikasikan. Perlu diadakan perbandingan dan pertentangan serta mengatur data dalam urutan yang berarti. Memberi nomor, menganalisis dan mengklasifikasi merupakan hal pokol bagi metode ilmiah.
4. Hipotesis dirumuskan (diformulasikan). Dalam proses analisi dan klasifikasi seorang ilmuwan dapat melakukan pelbagai pe mecahan sementara. Gagasan-gagasan atau dugaan-dugaan ilmiah bisa muncul pada saat seorang penyelidik memeriksa persoalan atau subjek yang menjadi tugasnya. Boleh jadi ia memilih gagasan untuk mencoba atau memeriksa suatu hipotesis yang dianggap sangat mungkin berdasarkan bukti-bukti yang telah dikumpulkannya. Jumlah hipotesis yang dapat dilakukan tidak ada batas. Meskipun tidak ada aturan ketat untuk membentuk atau merumuskan hipotesis, namun hipotesis harus bersifat “masuk akal”, deduktif-tentatif dan harus dapat menjadi petunjuk bagi penyelidikan lebih lanjut.
5. Deduksi dapat ditarik dari hipotesis. Dalam inferensi (penyimpulan) hingga tahap ini, prinsip logika formal dapat membantu kita. Matematika juga dapat menolong kita mengungkapkan jenis susunan dan hubungan yang harus ditemukan dalam subyek. Dalam memikirkan akibat-akibat dari pelbagai pemecahan sementara kita berpikir secara hipotesis. Kita mengandaikan jika A dan B benar, maka C tentu benar. Kesimpulan ini memacu kepada langkah berikutnya.
6. Verifikasi. Setelah dengan analisis deduktif kita menetapkan apa yang akan menjadi benar jika hipotesis kita benar, kita berusaha mengetahui apakah fakta atau kondisi lain itu benar. Kalau ternyata benar, kita untuk sementara dapat mengandaikan bahwa hipotesis kita sahih atau benar.
Proses verifikasi dapat dilakukan dengan pengamatan, percobaan atau dengan mencek konsistensi hipotesis dengan fakta- fakta yang berkaitan dan yang diduga benar. Jika suatu hipotesis terpaksa disingkirkan karena tidak benar, kita memilih hipotesis lain, kemudian melakukan langkah-langkah seperti pada hipotesis pertama. Sifat verifikasi hanya kira-kira dan memberikan kita suatu derajat kemungkinan atau kementakan (probabilitas). Terkadang derajat kementakan ini tinggi sehingga hampir menjadi kepastian. Akan tetapi kita menganggap kesimpulan kita sebagai kesimpulan sementara dan kita harus bersedia mengubahnya jika bukti-bukti baru menunjukkan perlunya penyelidikan lebih lanjut.
Incoming search terms:
- prosedur ilmiah
- Metode Dan Prosedur Ilmiah
- Prosedur metode ilmiah
- pengertian prosedur ilmiah
- prosedur il